Pada 5 Desember 2024, Wakil Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Wamendikti) Stella Christie memberikan peringatan mengenai dampak buruk dari ketergantungan pelajar terhadap ChatGPT dalam dunia pendidikan. Stella menekankan bahwa meskipun teknologi ini bermanfaat, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan, terutama jika digunakan secara berlebihan.
Stella menyatakan bahwa ketergantungan pada ChatGPT bisa mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreatif pelajar. Saat pelajar sering menggunakan AI untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas, mereka tidak diberi kesempatan untuk menganalisis masalah secara mendalam dan mencari solusi secara kreatif. Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan berpikir yang penting dalam pendidikan dan kehidupan profesional.
Ketergantungan pada ChatGPT juga bisa berdampak pada kemampuan menulis dan berkomunikasi. Pelajar yang terlalu sering mengandalkan AI untuk menyusun tugas atau esai bisa kehilangan kemampuan untuk menyusun tulisan secara mandiri. Hal ini berisiko menyebabkan mereka kurang terampil dalam berkomunikasi secara efektif, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.
Stella Christie juga mengingatkan bahwa ketergantungan pada teknologi seperti ChatGPT dapat mengurangi kemandirian pelajar dalam proses pembelajaran. Jika pelajar terus-menerus bergantung pada AI untuk menyelesaikan tugas, mereka bisa kehilangan kemampuan untuk mencari informasi, belajar dari sumber lain, dan mengambil keputusan secara mandiri. Kemandirian belajar sangat penting untuk perkembangan akademik jangka panjang.
Wamendikti Stella menekankan pentingnya penggunaan teknologi yang bijak. Teknologi, termasuk ChatGPT, seharusnya menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran, bukan pengganti proses berpikir yang mendalam dan kemandirian. Pendidikan yang seimbang antara teknologi dan pembelajaran mandiri akan membantu pelajar berkembang menjadi individu yang lebih kompeten dan kreatif.