Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) kembali menggelar acara Coffee Morning with Media untuk memperkenalkan program prioritas tahun 2025. Acara ini dihadiri lebih dari 40 jurnalis dari berbagai media nasional, dengan Sekretaris Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi, M. Samsuri, serta Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma, sebagai pembicara utama.
Dalam sambutannya, M. Samsuri menegaskan bahwa Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi hadir sebagai unit baru di Kemdiktisaintek yang bertujuan mendukung kebijakan dan program berbasis solusi ilmiah (scientific solution). Ia menjelaskan bahwa dukungan tersebut akan diwujudkan melalui tiga direktorat utama: Direktorat Bina Talenta Sains dan Teknologi, Direktorat Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif, serta Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi. Ketiga direktorat ini berperan penting dalam menciptakan program-program yang berdampak nyata bagi masyarakat.
Program prioritas tahun ini difokuskan pada upaya memperkuat ekosistem sains dan teknologi nasional agar Indonesia dapat menjadi pusat ilmu pengetahuan yang diakui secara global. Indonesia memiliki potensi besar dari segi keanekaragaman hayati, sumber daya mineral, dan budaya. Namun, sains dan teknologi masih sering dianggap eksklusif dan hanya dapat diakses oleh kalangan akademisi.
Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma, menekankan pentingnya mendekatkan sains dan teknologi kepada masyarakat umum agar tercipta budaya berbasis pengetahuan (citizen-based science). Menurutnya, pemahaman sains dapat membantu masyarakat menghindari berbagai masalah sosial, seperti hoaks, judi online, dan pinjaman daring ilegal.
“Kami ingin membangun masyarakat yang menjadikan sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, setiap sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil akan didasarkan pada ilmu pengetahuan. Melalui program diseminasi dan pemanfaatan sains, kami berharap sains tidak hanya membudaya tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” jelas Yudi.
Untuk menyebarluaskan sains, Direktorat ini akan menggandeng berbagai asosiasi guna melakukan diplomasi sains. Strateginya bukan sekadar memamerkan produk inovatif, tetapi juga menggabungkan sains dengan seni melalui program bertajuk Rapsodi Saintek dan Seni agar lebih mudah dipahami berbagai kalangan.
Di sisi pemanfaatan, fokus utama adalah pengembangan living lab, yaitu ekosistem hidup berbasis sains dan teknologi yang melibatkan kolaborasi langsung dengan masyarakat. Yudi menjelaskan bahwa penelitian selama ini terlalu terpusat di laboratorium tertutup yang sulit diakses. Dengan living lab, riset akan dilakukan di tengah masyarakat, memanfaatkan potensi lokal untuk membangun rantai ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas.
Selain program baru tahun 2025, Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi juga mengelola pendanaan riset melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Program ini merupakan kelanjutan dari Program Ekosistem Kemitraan yang sebelumnya dijalankan oleh Konsorsium Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) di 27 provinsi pada 2023–2024.
Program lanjutan ini diberi nama Program Berdikari, yang berfokus pada riset berbasis potensi daerah untuk meningkatkan ekonomi komunitas. Skema pertama, EMAS (Ekonomi, Mandiri, Sejahtera), bertujuan menghasilkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan ekonomi komunitas melalui potensi lokal dengan pendanaan riset berkisar antara Rp100 juta hingga Rp500 juta. Sementara itu, skema kedua, BERLIAN (Berdaya Saing, Efektif, Berkelanjutan), memfokuskan riset terapan untuk memperkuat rantai pasok dan daya saing industri dalam negeri dengan pendanaan maksimal Rp700 juta per riset.
Total pendanaan Program Berdikari tahun ini mencapai Rp40 miliar, yang telah disalurkan kepada 100 tim periset pada Desember 2024. Pendanaan ini bersifat lintas tahun dan akan berlangsung hingga Desember 2026.
Sebagai contoh, Konsorsium PTPPV Jawa Timur melalui Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) mengembangkan lima riset untuk meningkatkan produktivitas peternakan sapi di Kecamatan Pudak, Ponorogo, Jawa Timur. Beberapa riset unggulannya meliputi otomatisasi kandang berbasis sistem informasi terpadu melalui D-COWs-Reog, pemanfaatan IoT untuk otomatisasi produksi susu UHT melalui SMART-UHT, serta penggunaan kendaraan listrik untuk transportasi hasil susu dan limbah peternakan melalui CREATE e-ATV. Selain itu, proyek POROS-PJU menghadirkan solusi penerangan jalan hemat energi berbasis IoT, dan WAROK-GREEN mengoptimalkan pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk produksi biogas.
“Sebagian besar riset yang didanai berkaitan dengan sektor agro, baik di bidang agrokreatif maupun agroteknologi. Kami berharap media sebagai mitra strategis dapat turut menyebarluaskan pemanfaatan sains dan teknologi kepada masyarakat. Dengan demikian, ekosistem saintek nasional semakin berkembang dan melahirkan masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan,” pungkas Yudi.