Tag Archives: Pendidikan

https://shopthebootrack.com

Fitur Baru WhatsApp: Jadikan Foto Selfie Anda Stiker Keren

Memulai tahun baru 2025, WhatsApp menghadirkan sejumlah fitur menarik bagi penggunanya. Salah satu fitur terbaru yang langsung mencuri perhatian adalah kemampuan untuk mengubah foto selfie menjadi stiker WhatsApp secara langsung di dalam aplikasi. Fitur ini sudah tersedia untuk pengguna Android dengan versi WhatsApp 2.24.25.77, dan rencananya akan segera hadir untuk pengguna iOS dalam waktu dekat.

Cara Mengubah Foto Selfie Jadi Stiker

Membuat stiker dari foto selfie kini bisa dilakukan dengan langkah yang sederhana. Pengguna hanya perlu membuka jendela percakapan dan mengakses menu stiker. Kemudian, klik tombol “Create” dan pilih ikon “Camera” untuk mengambil foto selfie yang diinginkan. Setelah foto diambil, pengguna akan diarahkan ke menu edit stiker.

Pada menu ini, pengguna bisa memilih mode stiker yang diinginkan, seperti versi asli atau foto yang telah dipotong otomatis (cropped). Selain itu, tersedia opsi untuk menambahkan emoji, teks, atau elemen kreatif lainnya agar stiker menjadi lebih menarik. Setelah selesai, cukup klik tombol “Send” di bagian bawah untuk mengirimkan stiker ke percakapan.

Fitur Baru Lainnya di WhatsApp

Selain fitur stiker selfie, WhatsApp juga meluncurkan beberapa fitur lain untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Camera Effects: Memungkinkan pengguna untuk mengubah latar belakang atau filter pada video secara langsung.
  2. Share Sticker Pack: Mempermudah pengguna membagikan koleksi stiker langsung melalui jendela percakapan.
  3. Reactions dengan Tap Dua Kali: Kini, pengguna dapat memberikan reaksi pada pesan dengan lebih cepat hanya dengan mengetuk pesan tersebut dua kali.

Ketersediaan Fitur

Fitur-fitur terbaru ini mulai tersedia untuk pengguna WhatsApp di seluruh dunia sejak pekan ini. Namun, bagi pengguna yang belum menerima pembaruan, harap bersabar karena WhatsApp secara rutin menggulirkan fitur-fitur baru ini secara bertahap.

Dengan pembaruan ini, WhatsApp menunjukkan komitmennya untuk terus menghadirkan inovasi yang memperkaya pengalaman komunikasi pengguna di seluruh dunia. Jika Anda belum mencobanya, pastikan untuk memperbarui aplikasi WhatsApp Anda ke versi terbaru!

Kemajuan Teknologi: Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Karakter Anak?

Kehidupan manusia terus bertransformasi dari kesederhanaan menuju era modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Di era digital ini, segala aktivitas dapat dilakukan dengan cara yang praktis dan efisien, termasuk dalam hal hiburan dan ekspresi diri. Salah satu bukti nyata dari perkembangan tersebut adalah popularitas aplikasi TikTok, yang menjadi fenomena global, termasuk di Indonesia.

TikTok, sebuah platform video pendek yang berasal dari Tiongkok, kini menjadi salah satu aplikasi yang paling digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk membuat video kreatif dengan memadukan musik, efek visual, dan berbagai fitur unik lainnya. Tidak hanya sebagai sarana hiburan, TikTok juga dianggap mampu mendorong kreativitas, terutama dalam bidang editing video dan ekspresi seni.

Menurut penelitian Center of Innovation Policy and Governance (CIPG), penetrasi internet di Indonesia telah mencapai angka 51%, menjadikan negara ini sebagai salah satu pasar terbesar bagi aplikasi berbasis digital. TikTok, dengan rating tinggi di Google Play dan App Store, berhasil meraih perhatian besar di kalangan pengguna internet Indonesia. Namun, di balik popularitasnya, aplikasi ini menimbulkan perdebatan terkait dampak positif dan negatifnya bagi generasi muda.

Dampak Positif TikTok

Sebagai platform kreatif, TikTok memiliki sejumlah manfaat, terutama dalam mengasah kemampuan editing video dan menciptakan konten yang menarik. Aplikasi ini juga mendorong pengguna untuk mengekspresikan ide dan bakat mereka secara bebas. Banyak remaja yang mampu menghasilkan video berkualitas dengan konsep yang inovatif, menjadikan TikTok sebagai media yang edukatif dan inspiratif ketika digunakan dengan bijak.

Selain itu, TikTok memberikan peluang bagi penggunanya untuk menyalurkan kreativitas dalam bentuk hiburan yang menyenangkan. Fitur musik latar, efek visual, dan kemudahan penggunaan membuat aplikasi ini sangat ramah bagi pengguna pemula maupun profesional.

Kontroversi dan Dampak Negatif

Di sisi lain, TikTok sering kali menuai kritik karena konten yang dianggap tidak pantas. Banyak pengguna, terutama remaja, yang membuat video dengan aksi berlebihan demi mendapatkan perhatian dari penonton. Beberapa bahkan melibatkan anak-anak kecil dalam video yang tidak sesuai dengan usia mereka. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran terkait pengaruh negatif terhadap perilaku generasi muda.

Lebih jauh lagi, ada kasus-kasus di mana pengguna TikTok memproduksi video yang tidak pantas, termasuk yang mengandung unsur pelecehan agama atau tindakan tidak etis. Misalnya, aksi berjoget saat melaksanakan ibadah yang viral di media sosial. Konten semacam ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan pengarahan dari orang tua terhadap anak-anak yang menggunakan aplikasi tersebut.

Bijak Menggunakan Teknologi

Meskipun TikTok memiliki sisi negatif, menyalahkan perkembangan teknologi bukanlah solusi. Semua kembali pada bagaimana setiap individu menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Orang tua juga memegang peran penting dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang dampak penggunaan media sosial.

Dengan memanfaatkan teknologi secara positif, generasi muda dapat mengembangkan bakat dan kreativitas mereka tanpa melupakan nilai-nilai etika dan moral. TikTok, seperti halnya teknologi lainnya, dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijaksana. Mari jadikan perkembangan teknologi ini sebagai peluang untuk menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan berkarakter baik.

AS Perketat Ekspor Chip AI, Kuota GPU untuk Indonesia “Cuma” Sekian

Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengeluarkan kebijakan baru yang bertujuan untuk memperketat kontrol ekspor chip kecerdasan buatan (AI) ke pasar global, termasuk Indonesia. Aturan ini secara khusus mengatur distribusi chip dari perusahaan teknologi besar seperti Nvidia dan AMD untuk menjaga dominasi teknologi AS dalam persaingan global. Kebijakan ini dirancang untuk membatasi akses negara-negara tertentu terhadap teknologi AI canggih, dengan mengelompokkan negara-negara dalam tiga kategori atau tier.

Kategori Tier dan Posisi Indonesia

Menurut laporan TrendForce, kategori tier dalam kebijakan ini dibagi berdasarkan hubungan diplomatik dan kepentingan strategis AS. Tier 1 mencakup negara-negara sekutu utama seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman, yang mendapatkan akses penuh tanpa pembatasan signifikan. Sementara itu, Tier 2 termasuk negara-negara yang tidak masuk dalam daftar sekutu utama tetapi tetap memiliki hubungan baik dengan AS, seperti Indonesia. Terakhir, Tier 3 adalah negara-negara yang dianggap berisiko tinggi bagi keamanan nasional AS, seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.

Indonesia, yang tergolong dalam Tier 2, mendapatkan kuota terbatas hingga 50.000 unit chip AI canggih untuk periode 2025–2027. Chip ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi lokal untuk melatih sistem AI tingkat lanjut atau mendukung pusat data yang menangani aplikasi berbasis big data.

Peluang Tambahan untuk Indonesia

Meskipun kuota awal terbatas, ada peluang bagi negara Tier 2 seperti Indonesia untuk meningkatkan kuota GPU melalui dua jalur. Pertama, negara dapat mengajukan status “National Verified End User” yang memungkinkan pembelian hingga 320.000 GPU dalam dua tahun. Kedua, perjanjian kerja sama teknologi dengan AS dapat menggandakan kuota hingga 100.000 GPU.

Alasan Pengendalian Ketat AS

Aturan yang mulai berlaku pada April 2025 ini bertujuan menjaga agar teknologi canggih AS tidak jatuh ke tangan yang salah. Pemerintah AS juga memperketat proses perizinan dan mencegah penyalahgunaan teknologi AI canggih untuk keperluan militer atau pengawasan di negara-negara tertentu. Dengan langkah ini, AS berupaya mempertahankan keunggulan dalam teknologi AI global sekaligus melindungi kepentingan strategisnya.

Dengan kebijakan baru ini, hubungan bilateral Indonesia-AS berpotensi memainkan peran penting dalam menentukan seberapa besar akses Indonesia terhadap teknologi AI canggih di masa depan.

Inovasi Teknologi di BINUS SCHOOL Simprug: Active Floor dan Robot Pintar untuk Siswa

Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengharuskan dunia pendidikan untuk terus beradaptasi. Sebagai bagian dari upaya tersebut, BINUS SCHOOL Simprug terus berinovasi dalam menghadirkan teknologi terbaru untuk mendukung kemajuan pembelajaran siswa. Baru-baru ini, sekolah tersebut meluncurkan sejumlah fasilitas pembelajaran berbasis teknologi canggih, termasuk Active Floor, EMYZ Robot, dan Virtual Reality (VR) Goggle.

Albert, salah seorang guru di BINUS SCHOOL Simprug, menjelaskan bahwa teknologi yang diterapkan di sekolah ini berfokus pada peningkatan kualitas belajar siswa melalui pendekatan Educational Technology (EdTech). “Active Floor adalah teknologi inovatif yang dirancang untuk mendukung siswa, khususnya pada jenjang Primary Years Programme (PYP), dalam menggabungkan aktivitas bermain dengan proses belajar. Dengan menggunakan teknologi ini, siswa dapat terlibat dalam permainan yang mendukung materi yang mereka pelajari di kelas,” ujarnya.

Active Floor bekerja dengan cara menampilkan visual melalui proyektor yang bisa disentuh oleh siswa. Hal ini memungkinkan mereka untuk berinteraksi langsung dengan tampilan visual tersebut, sehingga merangsang kemampuan motorik mereka secara efektif.

Selain itu, EMYZ Robot yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) menjadi bagian dari upaya sekolah untuk mengenalkan teknologi interaktif kepada siswa. Robot ini mampu merespons angka dan kata-kata yang diucapkan oleh siswa, membantu mereka dalam memahami konsep-konsep dasar matematika atau bahasa melalui percakapan langsung dengan robot.

Fasilitas lain yang juga diperkenalkan adalah VR Goggle, yang membawa pengalaman belajar ke level yang lebih imersif. Dengan teknologi VR ini, siswa bisa melihat objek atau fenomena secara lebih jelas, seolah-olah mereka benar-benar berada di dalamnya. “Menurut Albert, teknologi VR menciptakan pengalaman belajar yang berbeda, memungkinkan siswa merasakan seakan-akan mereka benar-benar terlibat langsung dengan materi pembelajaran.”

Baru-baru ini, siswa kelas 11-12 juga berkesempatan untuk mengikuti Virtual Reality Learning Session menggunakan VR Goggle. Dalam sesi ini, mereka menjelajahi aplikasi seperti Open Brush untuk membuat karya seni virtual dan SuperHOT untuk hiburan interaktif yang sekaligus mengajarkan penerapan teknologi VR dalam kehidupan sehari-hari. Sesi ini memberi siswa wawasan tentang bagaimana teknologi VR dapat mempengaruhi proses belajar mereka.

Dengan pengenalan teknologi-teknologi mutakhir ini, diharapkan para siswa BINUS SCHOOL Simprug dapat mengembangkan keterampilan motorik mereka lebih baik, sekaligus menguasai penggunaan teknologi terkini. Ini diharapkan menjadi kontribusi positif dalam upaya pemerintah untuk mewujudkan Generasi Emas 2045, yang siap menghadapi tantangan dunia digital yang terus berkembang.

Transformasi Pembelajaran Online: Teknologi Pendidikan di Era Pandemi

Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Dengan cepatnya penyebaran virus ini, negara-negara di dunia memberlakukan berbagai kebijakan untuk menanggulangi wabah, salah satunya Indonesia dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku di seluruh wilayah.

Di tengah kebijakan PSBB, sektor pendidikan menghadapi tantangan besar untuk tetap memastikan proses belajar mengajar berjalan. Salah satu solusi yang diterapkan adalah peralihan ke sistem pembelajaran online, yang memungkinkan siswa dan guru tetap terhubung meskipun harus berada di lokasi yang berbeda. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai platform pembelajaran digital mulai digunakan di Indonesia, seperti e-learning, Google Classroom, Moodle, hingga platform konferensi video seperti Zoom dan Google Meet.

Namun, meskipun teknologi memberikan banyak manfaat dalam dunia pendidikan, seperti yang disampaikan oleh Tounder et al. (Selwyn, 2011), penggunaan teknologi pendidikan tidak dapat sepenuhnya menggantikan metode pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka tradisional tetap lebih efektif karena sifatnya yang interaktif dan memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan pengajar dan teman-teman sekelas.

Meskipun teknologi memberikan kemudahan, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah masalah aksesibilitas. Tidak semua wilayah di Indonesia memiliki jaringan internet yang stabil, dan masalah seperti kecepatan internet yang rendah serta keterbatasan perangkat keras dan perangkat lunak menjadi kendala utama dalam mengakses pembelajaran online. Selain itu, biaya internet yang tinggi juga menjadi tantangan bagi banyak keluarga.

Pendidikan online juga membutuhkan peran aktif dari pendidik untuk menilai dan menyesuaikan metode pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini penting agar pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek pengetahuan, tetapi juga pada keterampilan praktis, etika, dan kecerdasan sosial. Komunikasi yang baik antara orang tua dan pendidik juga menjadi faktor kunci dalam memastikan keberhasilan pembelajaran online.

Selain itu, pandemi ini mengharuskan orang tua untuk lebih terlibat dalam proses belajar anak, dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, termasuk akses internet. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga dengan kondisi ekonomi yang terbatas.

Meskipun pembelajaran online memiliki berbagai manfaat, tantangan yang dihadapi menunjukkan bahwa teknologi harus digunakan dengan bijak dan tepat sasaran. Pembelajaran online harus disesuaikan dengan kondisi lokal agar dapat menciptakan kemandirian belajar dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi masa depan, bahkan dalam situasi pandemi seperti ini.

Menyongsong Masa Depan: Teknologi Baru yang Akan Mengubah Dunia di 2025

Pada tahun 2024, dunia memasuki sebuah era baru yang dipenuhi oleh kemajuan teknologi yang tak terbayangkan sebelumnya. Perkembangan pesat ini tidak hanya mengubah cara kita bekerja, tetapi juga cara kita berinteraksi, bergerak, dan bahkan bagaimana kita memanfaatkan teknologi untuk masa depan. Sejak munculnya kecerdasan buatan (AI) yang merombak cara kerja banyak sektor, hingga teknologi blockchain yang mengubah cara pengelolaan data, setiap inovasi tersebut membawa dampak besar dan membuka peluang luar biasa.

Sektor transportasi, misalnya, semakin berkembang dengan kehadiran mobil otonom yang semakin maju, berkat integrasi AI dan Internet of Things (IoT). Selain itu, hadirnya jaringan 5G juga semakin memperkuat fondasi konektivitas global. Inovasi ini memungkinkan perangkat pintar saling terhubung secara lebih efisien, memberikan pengalaman yang lebih canggih dalam aplikasi smart city dan smart home. Transformasi ini menjadi titik awal dari perubahan besar di dunia teknologi, dan pada 2025, prediksi menunjukkan bahwa lompatan yang lebih mengagumkan akan segera terwujud.

Pada 2025, berbagai teknologi yang ada diperkirakan akan semakin berkembang dan terintegrasi. AI, misalnya, diharapkan tidak hanya semakin pintar, tetapi juga lebih “manusiawi”, dengan kemampuan untuk memahami emosi dan konteks yang lebih mendalam. Di sisi lain, dunia teknologi juga bersiap untuk menyambut kedatangan 6G, yang akan menggantikan 5G dan membawa kecepatan komunikasi yang jauh lebih tinggi, membuka jalan bagi inovasi yang lebih luas, termasuk dalam pengembangan mobil tanpa pengemudi.

Salah satu terobosan terbesar yang diprediksi untuk 2025 adalah adopsi teknologi energi terbarukan berbasis AI. Teknologi ini diyakini akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam seperti turbin angin dan panel surya, mendukung upaya keberlanjutan dan efisiensi yang lebih besar. Di bidang kesehatan, pemanfaatan bioteknologi juga diperkirakan akan membawa solusi revolusioner untuk pengobatan penyakit kronis serta pencegahan genetika.

Namun, di balik semua kemajuan ini, tantangan besar juga muncul, terutama dalam hal keamanan data dan regulasi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, ancaman terhadap privasi dan etika menjadi semakin serius. Oleh karena itu, kebijakan yang adaptif sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara inovasi dan keamanan pengguna.

Melihat keseluruhan gambaran ini, 2024 menandai permulaan dari perubahan besar, dengan 2025 menawarkan harapan dan ekspektasi yang semakin tinggi. Melalui kolaborasi antara pengembang teknologi, pemerintah, dan masyarakat, kita dapat mendorong inovasi yang berkelanjutan, menciptakan dampak positif di tingkat global, dan menginspirasi solusi serta ide yang bermanfaat untuk kehidupan kita semua.

Surge Kolaborasi dengan NTT e-Asia untuk Tingkatkan Konektivitas Digital Indonesia

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (Surge) menjalin kemitraan strategis dengan NTT e-Asia Corporation (NTTeA) untuk memperkuat infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (ICT) di Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan jaringan fiber optic, baik darat maupun bawah laut, serta berbagai solusi teknologi lain yang dapat meningkatkan konektivitas dan akses digital di seluruh pelosok negeri.

Kerja sama ini menegaskan komitmen kedua perusahaan untuk mendukung transformasi digital Indonesia dengan memperkenalkan inovasi-inovasi baru dalam pengelolaan jaringan serta pelayanan pelanggan. Salah satu fokus utama dari kolaborasi ini adalah pengembangan jaringan backbone fiber optic yang lebih luas, termasuk koneksi untuk daerah-daerah terpencil. Selain itu, pengembangan teknologi fiber to the home (FTTH) dan Fixed Wireless Access (FWA) juga menjadi bagian penting dalam proyek ini, untuk memastikan akses internet yang cepat dan stabil dapat dinikmati oleh lebih banyak masyarakat Indonesia.

Yune Marketatmo, Direktur Utama PT Solusi Sinergi Digital Tbk, menyatakan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah besar dalam memperluas konektivitas digital di Indonesia. “Dengan menggabungkan pengetahuan lokal yang kami miliki dengan keahlian global dari NTTeA, kami berkomitmen untuk membangun infrastruktur yang kuat dan siap mengatasi tantangan di masa mendatang. Ini akan menguntungkan jutaan masyarakat Indonesia dalam mengakses teknologi dan informasi,” kata Yune dalam keterangannya.

Takashi Ebihara, Presiden & CEO Representative Director NTT e-Asia Corporation, juga menyampaikan antusiasmenya terhadap peluang yang ada di Indonesia. Menurut Ebihara, Indonesia merupakan pasar dengan potensi pertumbuhan digital yang sangat besar. Sebagai anak perusahaan NTT East, NTTeA berkomitmen untuk membawa keahlian teknis dan sumber daya yang dimiliki untuk mendukung ambisi besar dari Surge.

Salah satu inisiatif utama dari kolaborasi ini adalah pengembangan pusat pelatihan telekomunikasi yang akan dibangun untuk melatih para profesional lokal dalam hal instalasi jaringan, pemeliharaan preventif, dan pemecahan masalah. Dengan fasilitas ini, Surge dan NTTeA berharap dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal dalam bidang teknologi, yang pada gilirannya akan mendukung efisiensi operasional dan layanan pelanggan.

Dengan semakin berkembangnya dunia digital, kedua perusahaan ini juga akan fokus pada inovasi di sektor jaringan, dengan memperkuat konektivitas antar daerah serta meningkatkan kualitas layanan internet di seluruh Indonesia. Melalui kerjasama ini, diharapkan Indonesia dapat terus berkembang dalam hal infrastruktur digital yang andal dan dapat diakses oleh lebih banyak masyarakat, menciptakan masa depan yang lebih terhubung dan penuh peluang.

Bos OpenAI Bongkar Alasan ChatGPT Berbayar Tidak Menguntungkan

CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini mengungkapkan bahwa layanan berlangganan ChatGPT Pro justru menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Meskipun ChatGPT Pro menawarkan fitur premium dengan kemampuan AI yang lebih canggih dan biaya berlangganan sekitar 200 dollar AS per bulan, OpenAI justru mengalami kerugian akibat tingginya tingkat penggunaan layanan tersebut. Menurut Altman, pengguna malah lebih sering menggunakan layanan ini daripada yang diperkirakan, sehingga penggunaan sumber daya tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima.

Dalam beberapa unggahan di X (sebelumnya Twitter), Altman mengungkapkan bahwa ia sendiri yang menentukan harga untuk layanan ini. “Saya mengira kami akan menghasilkan uang,” ujar Altman, yang mengakui bahwa prediksi tersebut tidak sesuai harapan. ChatGPT Pro, yang diperkenalkan pada akhir 2024, memberikan akses ke model AI “penalaran” O1 versi yang ditingkatkan dan beberapa fitur lainnya seperti peningkatan kecepatan pada berbagai tools perusahaan, termasuk generator video Sora. Namun, harga langganan yang dipatok untuk versi premium ini cukup tinggi, yakni 2.400 dollar AS per tahun, yang menyebabkan banyak pengguna memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Altman juga menjelaskan bahwa penetapan harga langganan tersebut tidak melalui studi riset harga yang mendalam. Dalam wawancara dengan Bloomberg, ia mengungkapkan bahwa mereka hanya mencoba dua harga, 20 dollar AS dan 42 dollar AS. Menurutnya, 42 dollar AS dianggap terlalu mahal, sementara 20 dollar AS lebih diterima oleh konsumen. Akhirnya, OpenAI memilih harga 20 dollar AS pada akhir Desember 2022 atau awal Januari.

Meskipun harga langganan ChatGPT Pro lebih terjangkau dibandingkan versi premium sebelumnya, yaitu 42 dollar AS, kenyataannya OpenAI mengalami kerugian. Pada tahun 2024, OpenAI melaporkan pendapatan sekitar 3,7 miliar dollar AS, namun mengalami kerugian sebesar 5 miliar dollar AS. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran perusahaan.

OpenAI, yang didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang bermanfaat bagi umat manusia, kini menghadapi tantangan besar dalam hal pendanaan dan keberlanjutan operasional. Meski demikian, perusahaan ini tetap berkomitmen untuk terus mengembangkan inovasi dalam bidang AI, sambil menyesuaikan model bisnisnya agar lebih efisien ke depan.

Realme 14 Pro Plus: Smartphone Baru dengan Chipset Snapdragon 7s Gen 3

Realme baru saja meluncurkan smartphone terbaru mereka, Realme 14 Pro Plus, yang kini hadir di pasar China. Sebagai penerus dari Realme 13 Pro Plus yang telah hadir sebelumnya, Realme 14 Pro Plus membawa sejumlah peningkatan yang cukup signifikan di berbagai sektor. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah pada bagian chipset, di mana ponsel ini kini menggunakan Qualcomm Snapdragon 7s Gen 3, menggantikan Snapdragon 7s Gen 2 pada model sebelumnya. Chipset ini memiliki prosesor dengan kecepatan clock hingga 2,5 GHz, serta pengolah grafis Adreno 710 yang lebih tangguh, memberikan kinerja lebih cepat dan efisien untuk berbagai aktivitas multitasking dan gaming.

Selain peningkatan pada chipset, Realme 14 Pro Plus juga memiliki layar yang lebih besar dan lebih tajam. Mengusung panel OLED 6,83 inci dengan resolusi 1,5K (1.272 x 2.800 piksel), layar ini memberikan pengalaman visual yang lebih memukau dibandingkan dengan layar 6,7 inci pada pendahulunya yang memiliki resolusi Full HD Plus. Perbedaan ini tentu saja memberikan keuntungan bagi pengguna yang gemar menonton video atau bermain game di ponsel.

Realme juga menyematkan baterai berkapasitas 6.000 mAh pada perangkat ini, lebih besar dibandingkan kapasitas 5.200 mAh pada Realme 13 Pro Plus. Meskipun kapasitas baterai meningkat, teknologi pengisian cepat tetap sama, yaitu 80 watt melalui konektor USB-C, memungkinkan baterai terisi hingga 50 persen hanya dalam waktu sekitar 24 menit. Ini menjadi salah satu fitur yang sangat diandalkan bagi pengguna yang memiliki mobilitas tinggi.

Di sektor fotografi, Realme 14 Pro Plus mempertahankan konfigurasi kamera yang serupa dengan pendahulunya. Tiga kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 50 MP, kamera periskop telefoto 50 MP dengan 3x optical zoom, dan kamera ultrawide 8 MP, memberikan kemampuan fotografi yang sangat baik. Kamera selfie 32 MP di bagian depan juga menawarkan kualitas foto yang jernih dan tajam.

Dalam hal software, Realme 14 Pro Plus menjalankan sistem operasi Android 15 dengan antarmuka Realme UI 6.0 yang menawarkan pengalaman pengguna yang lebih lancar dan responsif. Tak ketinggalan, ponsel ini dilengkapi dengan ketahanan terhadap air dan debu dengan rating IP68/IP69, serta dukungan 120 FPS untuk pengalaman gaming yang lebih mulus. Ponsel ini juga menawarkan notifikasi bergaya Dynamic Island yang memberikan pengalaman serupa dengan iPhone.

Realme 14 Pro Plus hadir dalam dua pilihan warna, Gray dan White, dan tersedia dalam dua varian penyimpanan, yakni 12/256 GB dan 12/512 GB. Di pasar China, harga ponsel ini dibanderol mulai dari 2.599 yuan (sekitar Rp 5,7 juta) untuk varian 12/256 GB, sementara varian 12/512 GB dijual seharga 2.799 yuan (sekitar Rp 6,1 juta). Saat ini, belum ada informasi resmi mengenai apakah ponsel ini akan diluncurkan di pasar Indonesia.

Dengan berbagai peningkatan yang dihadirkan, Realme 14 Pro Plus siap bersaing di pasar smartphone kelas menengah dengan menawarkan performa unggul, desain menarik, dan fitur-fitur inovatif.

“Kebijakan Baru Meta Picu Gelombang Penghapusan Akun Facebook dan Instagram di AS”

Pasca-pengumuman kebijakan terbaru oleh Meta, induk perusahaan Facebook, Instagram, dan Threads, sejumlah besar pengguna media sosial di Amerika Serikat (AS) terlihat bereaksi dengan menelusuri cara-cara untuk menghapus akun mereka. Kebijakan kontroversial ini mencakup penghentian program pemeriksaan fakta yang selama ini berperan dalam menanggulangi penyebaran hoaks di platform-platform Meta. Tak hanya itu, kebijakan baru ini juga memperbolehkan konten-konten yang lebih beragam, termasuk isu politik, untuk lebih bebas tersebar di platform mereka.

Seiring pengumuman tersebut, kata kunci seperti “how to delete Facebook”, “how to quit Instagram”, dan “how to delete Threads account” melonjak signifikan di mesin pencari Google. Bahkan, istilah-istilah tersebut sempat menjadi trending di Google Search versi AS, dengan lonjakan pencarian yang mencapai 5.000 persen lebih tinggi dari biasanya. Istilah “breakout” yang digunakan Google untuk menggambarkan lonjakan pencarian ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengguna yang mencari cara untuk meninggalkan platform-platform Meta pasca-pengumuman kebijakan yang mereka anggap kontroversial tersebut.

Tak hanya soal cara menghapus akun, warga AS juga mulai mencari alternatif platform sosial media yang lebih sesuai dengan preferensi mereka. Beberapa kata kunci yang banyak dicari adalah “alternative to Facebook” serta nama-nama platform pesaing seperti “BlueSky” dan “Mastodon”, yang semakin mendapat perhatian seiring dengan munculnya kebijakan baru Meta. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan di kalangan pengguna terhadap kebijakan yang dianggap membuka peluang bagi penyebaran informasi palsu dan ujaran kebencian.

Beberapa pengamat menilai bahwa kebijakan ini dapat menyebabkan platform-platform Meta dipenuhi dengan konten berbahaya, seperti hoaks dan ujaran kebencian, karena pengawasan terhadap konten menjadi lebih longgar. Selain itu, kebijakan yang memungkinkan konten berbau politik juga menambah kecemasan banyak pihak, apalagi dengan kedekatan CEO Meta, Mark Zuckerberg, dengan tokoh-tokoh politik, termasuk mantan Presiden AS, Donald Trump. Banyak yang khawatir bahwa kebijakan ini berpotensi mempengaruhi dinamika politik di AS, terutama terkait penyebaran informasi.

Meskipun kebijakan baru ini telah diterapkan, pengguna kini dihadapkan pada pilihan untuk tetap menggunakan platform yang mereka anggap semakin tidak terkendali atau memilih untuk meninggalkan Meta dan mencari alternatif yang lebih sesuai dengan keinginan mereka. Dengan lonjakan pencarian mengenai cara menghapus akun dan ketertarikan terhadap platform lain, tampaknya kebijakan ini tidak hanya mempengaruhi cara orang berinteraksi di media sosial, tetapi juga bisa mengubah peta persaingan media sosial di masa depan.