Tag Archives: Keamanan Digital

https://shopthebootrack.com

Menkomdigi Tegaskan Platform Digital Wajib Lindungi Anak dari Konten Negatif: “Kepatuhan Bukan Pilihan!”

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menekankan bahwa platform digital harus bertanggung jawab penuh untuk melindungi anak-anak dari paparan konten negatif di dunia maya.

“Platform digital tidak boleh lepas tangan.Mereka wajib menerapkan teknologi pembatasan usia secara ketat dan memastikan efektivitasnya. Keselamatan anak-anak adalah prioritas utama, dan kami akan memastikan regulasi ini dijalankan secara tegas,” ujar Meutya Hafid melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (22/2/2025).

Meutya menjelaskan bahwa platform digital diwajibkan untuk memperkuat sistem verifikasi usia demi menciptakan lingkungan daring yang aman bagi anak-anak. Regulasi perlindungan anak yang tengah disusun akan memuat aturan yang lebih ketat agar tidak ada celah bagi pelanggaran. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi nyata antara pemerintah dan platform digital untuk mewujudkan ruang digital yang aman dan sehat bagi generasi muda.

“Kami menegaskan bahwa platform digital harus memastikan anak-anak hanya dapat mengakses konten sesuai usia mereka. Kepatuhan terhadap regulasi ini bersifat wajib dan tidak bisa ditawar,” tegasnya.

Dalam pertemuan tersebut, VP Global Public Policy TikTok, Helena Lersch, menyatakan bahwa TikTok telah menerapkan berbagai pembatasan untuk melindungi pengguna berusia 13 hingga 15 tahun, termasuk fitur terkait pesan pribadi, komentar, siaran langsung, dan notifikasi.

Pertemuan antara Komdigi dan TikTok berlangsung di Jakarta pada Jumat (21/2/2025). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital, Alexander Sabar, bersama Staf Khusus Menteri untuk Bidang Antarlembaga dan Program Strategis, Aida Rezalina, serta Staf Khusus Menteri untuk Bidang Komunikasi dan Politik, Arnanto Nurprabowo. Sementara dari pihak TikTok, hadir perwakilan dari TikTok Global, TikTok Indonesia, dan GoTo.

Ancaman Siber di Sektor Finansial dan E-Commerce Indonesia: Bagaimana Mengatasinya?

Serangan siber yang menyasar layanan aplikasi web di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) mengalami peningkatan tajam, melonjak hingga 65 persen dari kuartal pertama 2023 hingga kuartal pertama 2024. Fakta ini mencerminkan bahwa ancaman digital semakin mengkhawatirkan, terutama di tengah percepatan digitalisasi di wilayah ini, termasuk Asia Tenggara.

Menurut laporan terkini dari Akamai, penyedia solusi keamanan siber dan Content Delivery Network (CDN), sektor keuangan menjadi target utama dengan lebih dari 18 miliar serangan yang tercatat dalam periode 1 Januari 2023 hingga 30 Juni 2024. Selain itu, industri e-commerce juga menjadi incaran peretas, dengan total serangan mencapai 10 miliar selama periode yang sama.

Sektor Keuangan dan E-Commerce di Tengah Risiko Reuben Koh, Director of Security Technology & Strategy Akamai untuk kawasan APJ, mengungkapkan bahwa kedua sektor ini memiliki karakteristik serupa karena melibatkan transaksi finansial digital. Layanan keuangan mencakup aktivitas seperti pinjaman, pembayaran, dan asuransi, sedangkan e-commerce terkait dengan transaksi yang memanfaatkan kartu kredit dan dompet digital. “Setiap detik, terjadi perpindahan uang di dua sektor ini,” ujar Reuben dalam diskusi daring bersama media, Jumat (24/1/2025).

Reuben menjelaskan bahwa bagi pelaku kejahatan siber, ini merupakan peluang besar. Jika data pembayaran, seperti nomor kartu kredit, berhasil diakses, maka informasi pribadi yang sensitif bisa dicuri. Inilah sebabnya sektor keuangan dan e-commerce menjadi target favorit serangan siber.

Indonesia dalam Bayang-Bayang Ancaman Siber Sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menghadapi risiko signifikan terkait ancaman siber. Laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company yang dirilis pada November 2024 memperkirakan nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 90 miliar dolar AS di tahun 2024, dengan kontribusi utama dari sektor e-commerce sebesar 65 miliar dolar AS. Di sisi lain, layanan keuangan digital diproyeksikan akan mencatatkan transaksi senilai 404 miliar dolar AS pada tahun yang sama.

Namun, laporan Akamai menyoroti kerentanan kedua sektor tersebut terhadap serangan digital. Reuben Koh menegaskan pentingnya penerapan langkah keamanan dasar, seperti Multi-Factor Authentication (MFA), untuk melindungi data pengguna dan transaksi mereka.

Upaya Menghadapi Ancaman Digital yang Semakin Kompleks Reuben menambahkan bahwa organisasi perlu memiliki sistem yang mampu memantau akses dan transaksi, termasuk mengidentifikasi sumber akses tersebut. Ia juga menganjurkan setiap perusahaan memiliki rencana respons insiden untuk menangani serangan siber dengan cepat. “Langkah-langkah dasar keamanan siber harus menjadi prioritas bagi setiap organisasi. Tanpa itu, akan sulit menghadapi ancaman yang semakin canggih,” katanya.

Lebih jauh, ia menekankan perlunya memahami area rawan serangan. Dengan digitalisasi yang semakin pesat, area yang menjadi target serangan juga akan meluas. Oleh karena itu, organisasi harus terus menilai strategi keamanan mereka dan menyesuaikan diri dengan ancaman yang berkembang.