Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota besar seperti Jakarta, keberadaan bangunan atau kawasan perkantoran yang terhubung dengan sarana transportasi publik seperti stasiun kereta atau halte bus menjadi suatu keharusan. Hal ini bukan tanpa alasan, karena transportasi memengaruhi hampir setiap aspek aktivitas manusia, baik dalam bekerja, berbisnis, hingga berinteraksi sosial. Dalam kawasan ASEAN, perkembangan teknologi transportasi juga turut memberikan dampak besar terhadap cara hidup dan interaksi antar manusia. Perubahan ini bahkan berujung pada pergeseran tata kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya di berbagai negara.
Sebagaimana diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI), kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang transportasi, telah mempermudah banyak aktivitas manusia. Transportasi modern, yang memungkinkan kita berpindah dengan cepat dan aman dari satu tempat ke tempat lain, telah mengubah paradigma kehidupan manusia. Alat transportasi seperti kereta cepat, monorel, pesawat terbang, dan kapal cepat kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, memberikan kemudahan, kenyamanan, dan efisiensi waktu.
Namun, meskipun teknologi transportasi di negara-negara ASEAN telah berkembang pesat, beberapa alat transportasi tradisional yang belum menggunakan mesin masih bertahan. Misalnya, di beberapa kota, pedati, delman, dan becak masih digunakan sebagai sarana transportasi untuk keperluan sehari-hari, baik itu untuk mengangkut barang atau penumpang. Meskipun demikian, peran teknologi transportasi modern semakin mendominasi, dan banyak masyarakat yang beralih menggunakan sarana transportasi yang lebih cepat dan efisien.
Salah satu dampak signifikan dari kemajuan transportasi adalah perubahan dalam pola aktivitas masyarakat. Seiring dengan semakin terjangkaunya biaya transportasi udara, pesawat terbang yang dulunya dianggap sebagai moda transportasi mewah kini menjadi pilihan yang umum. Hal ini memudahkan mobilitas masyarakat antarnegara ASEAN, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di kawasan ini. Tak hanya pesawat, transportasi air pun semakin berkembang, tidak hanya sebagai sarana transportasi, tetapi juga sebagai bagian dari sektor wisata. Kapal pesiar, misalnya, kini menjadi salah satu alternatif liburan yang sangat digemari.
Di sisi lain, transportasi darat juga semakin bervariasi, dengan semakin banyaknya pilihan moda transportasi yang tersedia untuk masyarakat. Dari kendaraan pribadi hingga transportasi umum seperti bus, taksi, hingga ride-hailing, masyarakat memiliki berbagai opsi untuk memenuhi kebutuhan perjalanan sehari-hari. Namun, dengan pesatnya perkembangan jumlah kendaraan, tantangan terbesar yang dihadapi adalah kemacetan dan kebutuhan akan infrastruktur yang memadai.
Untuk itu, pembangunan sarana dan prasarana transportasi menjadi semakin mendesak. Di berbagai negara ASEAN, perkembangan ini tidak hanya terbatas pada pembangunan jalan raya dan terminal, tetapi juga mencakup pembangunan bandara, pelabuhan, hingga sistem transportasi bawah tanah. Negara-negara seperti Singapura dan Thailand telah mengembangkan sistem transportasi darat bawah tanah yang sangat efisien untuk mengatasi kemacetan dan meningkatkan mobilitas penduduk di kota-kota besar mereka.
Namun, pembangunan infrastruktur ini tentu tidak tanpa dampak terhadap penggunaan lahan. Lahan-lahan produktif, seperti sawah dan hutan, sering kali harus dikonversi menjadi area pembangunan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur transportasi. Sebagai contoh, di Thailand, pembangunan Bandara Suvarnabhumi menggantikan Bandara Don Muang, sementara di negara-negara lain seperti Filipina dan Laos, bandara-bandara baru juga dibangun dengan memanfaatkan lahan yang sebelumnya digunakan untuk tujuan lain.
Dengan perkembangan teknologi transportasi yang semakin pesat, kehidupan masyarakat ASEAN pun ikut berubah. Dampaknya tidak hanya terlihat dalam aspek mobilitas, tetapi juga dalam perubahan sosial dan ekonomi yang semakin dinamis. Sebagai kawasan yang terus berkembang, ASEAN telah menunjukkan bagaimana transportasi bisa menjadi katalisator utama dalam mewujudkan perubahan besar dalam cara hidup dan berinteraksi antar negara.