Tag Archives: Komunikasi

OKX Ventures Investasi Di DuckChain, Mengubah Web3 Untuk Pengguna Telegram

OKX Ventures mengumumkan investasi strategisnya di DuckChain, sebuah proyek blockchain yang bertujuan untuk menghubungkan pengguna Telegram dengan teknologi Web3. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna, Telegram menjadi platform ideal untuk memperkenalkan solusi blockchain yang lebih mudah diakses dan terintegrasi.

DuckChain, yang dikembangkan oleh TONScale Labs dengan dukungan dari Arbitrum Orbit, dirancang untuk menyederhanakan interaksi pengguna dengan teknologi blockchain. Proyek ini berfokus pada penerapan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan memfasilitasi transisi yang mulus dari Web2 ke Web3. Ini menunjukkan bahwa pengembang berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara dua dunia digital tersebut.

DuckChain menawarkan berbagai fitur menarik, termasuk wawasan DeFi yang disesuaikan dan bantuan otomatis untuk mempermudah pengguna baru. Dengan lebih dari 20 juta pengguna aktif dan 61 juta transaksi yang telah dilakukan, DuckChain menunjukkan potensi besar dalam memperluas adopsi teknologi blockchain. Ini mencerminkan bahwa pendekatan berbasis komunitas dapat mendorong pertumbuhan yang signifikan dalam ekosistem blockchain.

Salah satu keunggulan DuckChain adalah interoperabilitasnya dengan berbagai ekosistem blockchain seperti Ethereum. Hal ini memungkinkan pengembang untuk membuat aplikasi terdesentralisasi (dApps) dengan lebih mudah. Selain itu, 77% dari token asli DuckChain ($DUCK) dialokasikan untuk komunitas, memastikan bahwa pengguna memiliki suara dalam pengambilan keputusan. Ini menunjukkan komitmen DuckChain terhadap model pemerintahan yang terdesentralisasi dan inklusif.

Investasi OKX Ventures di DuckChain diharapkan dapat mempercepat adopsi teknologi blockchain di kalangan pengguna Telegram. Dengan fokus pada kemudahan penggunaan dan aksesibilitas, DuckChain berpotensi menjadi solusi utama bagi mereka yang ingin memasuki dunia Web3 tanpa kesulitan teknis yang sering dihadapi oleh platform lain. Ini mencerminkan visi OKX Ventures untuk mendukung inovasi dalam industri blockchain.

Dengan investasi ini, semua pihak berharap bahwa DuckChain dapat terus berkembang dan memberikan solusi yang bermanfaat bagi pengguna Telegram di seluruh dunia. Diharapkan bahwa proyek ini akan membuka jalan bagi adopsi massal teknologi blockchain dan menciptakan ekosistem yang lebih inklusif. Keberhasilan DuckChain dalam mencapai tujuannya akan menjadi indikator penting bagi masa depan Web3 dan integrasinya dengan platform sosial besar seperti Telegram.

Tecno Spark 30 Pro: Ponsel dengan Sentuhan Transformers Kini di Indonesia

Tecno, brand smartphone di bawah naungan Transsion, akhirnya meluncurkan perangkat terbarunya, Tecno Spark 30 Pro, di Indonesia pada Selasa (21/1/2025). Peluncuran ini menegaskan komitmen Tecno untuk terus menghadirkan inovasi di pasar Indonesia, terutama di awal tahun dengan memperkenalkan seri Spark yang telah lama dinantikan.

Dalam acara peluncuran yang digelar di Inner Circle, Jakarta Selatan, PR Manager Tecno Indonesia, Anthoni Roderick, mengungkapkan bahwa Spark 30 Pro hadir dengan desain yang sangat menarik, mengusung tema Transformers dengan karakter Optimus Prime. Ponsel ini menampilkan kombinasi warna perak, merah, dan biru pada bagian belakang, memberi kesan yang sangat futuristik, mirip dengan desain karakter robot tersebut. Selain varian edisi Transformers, Tecno juga menyediakan varian lain dengan warna hitam, yang disebut Obsidian Edge, bagi konsumen yang lebih suka tampilan yang lebih simpel.

Dari segi spesifikasi, Tecno Spark 30 Pro hadir dengan beberapa fitur unggulan. Layar AMOLED 6,78 inci dengan resolusi Full HD Plus dan refresh rate 120 Hz menawarkan pengalaman visual yang tajam dan responsif. Layar ini juga dilengkapi dengan lubang kecil (punch hole) di bagian tengah untuk kamera selfie 13 MP dan pemindai sidik jari in-display. Tak hanya itu, Tecno juga menghadirkan peningkatan pada sektor kamera, dengan kamera utama 108 MP yang mampu menghasilkan gambar berkualitas tinggi. Sensor kamera yang lebih besar memungkinkan lebih banyak cahaya masuk, sehingga hasil foto lebih stabil, bahkan di kondisi pencahayaan rendah.

“Dengan dukungan RAW Domain HDR, kamera ini dapat mengambil gambar dengan rentang dinamis yang lebih luas, menggabungkan eksposur rendah dan tinggi untuk hasil yang lebih detail,” jelas Anthoni. Kamera ini juga mampu merekam video berkualitas 2K 1080p, baik menggunakan kamera depan maupun belakang, menawarkan pengalaman perekaman video yang jernih.

Selain sektor kamera, performa Tecno Spark 30 Pro juga tidak kalah menarik. Ditenagai oleh chipset Mediatek Helio G100, yang diklaim sebagai chipset 4G-only terkuat saat ini, ponsel ini dipadukan dengan RAM 8 GB dan penyimpanan internal yang bisa dipilih antara 128 GB atau 256 GB. Kinerja ini didukung oleh baterai berkapasitas 5.000 mAh yang dilengkapi dengan fast charging 33W, memastikan ponsel dapat digunakan dalam waktu lama dan mengisi daya dengan cepat.

Tecno juga menyematkan fitur Super WiFi yang memungkinkan akses internet lebih cepat dan stabil, bahkan di tengah keramaian. Fitur lainnya yang tak kalah menarik adalah AIGC Imaging, yang menawarkan kemampuan AI untuk memotret, menghapus, dan memotong gambar, serta asisten suara yang didukung oleh Google Gemini.

Tecno Spark 30 Pro hadir dengan harga yang cukup bersaing. Untuk varian dengan RAM 8 GB dan penyimpanan 128 GB, harganya dibanderol Rp 2.099.000, sedangkan varian 8 GB/256 GB dibanderol Rp 2.399.000. Tecno Spark 30 Pro sudah tersedia mulai hari ini di toko ritel resmi Tecno dan marketplace rekanan Tecno di Indonesia, dengan varian RAM 8/256 GB hanya tersedia secara eksklusif di marketplace.

Dengan harga yang terjangkau dan spesifikasi mumpuni, Tecno Spark 30 Pro hadir sebagai pilihan menarik bagi konsumen Indonesia yang mencari smartphone dengan performa tinggi, desain ikonik, dan fitur-fitur canggih.

Mengapa Intel Butuh Uang, Sampai Ada Rumor Akan Dijual

Raksasa teknologi Amerika Serikat, Intel, yang telah hampir lima dekade menjadi pemain utama di industri semikonduktor, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjual unit bisnis chip-nya. Laporan mengejutkan ini pertama kali muncul di platform riset SemiAccurate, yang mengutip sumber anonim dalam industri. Berdasarkan laporan tersebut, peluang terjadinya akuisisi ini mencapai 90 persen. Nama Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, muncul sebagai kandidat utama yang disebut-sebut berpotensi mengambil alih Intel.

Tekanan Finansial dan Persaingan Ketat

Meskipun Intel tetap memimpin segmen CPU x86 pada kuartal ketiga tahun 2024, perusahaan ini menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir. Sahamnya tercatat mengalami penurunan hingga 60 persen sepanjang tahun lalu, berdasarkan data dari S&P Global Market Intelligence.

Intel saat ini sedang mencoba mengembangkan teknologi chip dengan proses manufaktur mutakhir, seperti 2 nanometer (nm) ke bawah, namun upaya tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar. Di sisi lain, para pesaingnya, seperti Nvidia dan AMD, terus meraih kesuksesan di pasar chip kecerdasan buatan (AI) dan server. Nvidia, khususnya, telah mendominasi pasar AI, sementara AMD semakin kompetitif di segmen prosesor PC dan server.

Kesabaran Investor yang Menipis

Beberapa pemegang saham utama Intel dikabarkan mulai kehilangan kesabaran dengan lambannya perusahaan dalam mengejar inovasi. Hal ini bahkan memicu desakan agar CEO Intel, Pat Gelsinger, mundur dari jabatannya.

Menurut Jack Gold, analis utama di J. Gold Associates, salah satu masalah terbesar Intel adalah kurangnya investasi berkelanjutan dalam teknologi pembuatan chip selama bertahun-tahun. Hal ini membuat mereka tertinggal jauh dari para pesaing, termasuk Nvidia, AMD, dan bahkan Qualcomm, yang kini mulai mengincar pasar serupa.

Langkah untuk Bertahan

Sebagai bagian dari upaya restrukturisasi, Intel telah mengumumkan rencana untuk menjual sebagian sahamnya di Altera, anak perusahaan yang juga bergerak di bidang produksi chip. Langkah ini diharapkan dapat membantu Intel mengumpulkan dana segar dan fokus pada bisnis inti mereka. Selain itu, Intel juga telah memisahkan unit bisnis Intel Foundry, dengan laporan keuangan terpisah untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Intel juga berkomitmen untuk berinvestasi sebesar 100 miliar dolar AS selama lima tahun mendatang untuk mendukung manufaktur semikonduktor pihak ketiga di Amerika Serikat. Investasi ini menjadi salah satu kolaborasi swasta-publik terbesar dalam sejarah industri semikonduktor di negara tersebut.

Harapan Masa Depan

Meski berada dalam tekanan, beberapa pihak percaya bahwa Intel masih memiliki peluang untuk bangkit. Jack Gold memperkirakan bahwa Intel membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk memulihkan posisinya, baik dalam inovasi manufaktur maupun pemenuhan kebutuhan pasar.

Raksasa teknologi Amerika Serikat, Intel, yang telah hampir lima dekade menjadi pemain utama di industri semikonduktor, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjual unit bisnis chip-nya. Laporan mengejutkan ini pertama kali muncul di platform riset SemiAccurate, yang mengutip sumber anonim dalam industri. Berdasarkan laporan tersebut, peluang terjadinya akuisisi ini mencapai 90 persen. Nama Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, muncul sebagai kandidat utama yang disebut-sebut berpotensi mengambil alih Intel.

Tekanan Finansial dan Persaingan Ketat

Meskipun Intel tetap memimpin segmen CPU x86 pada kuartal ketiga tahun 2024, perusahaan ini menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir. Sahamnya tercatat mengalami penurunan hingga 60 persen sepanjang tahun lalu, berdasarkan data dari S&P Global Market Intelligence.

Intel saat ini sedang mencoba mengembangkan teknologi chip dengan proses manufaktur mutakhir, seperti 2 nanometer (nm) ke bawah, namun upaya tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar. Di sisi lain, para pesaingnya, seperti Nvidia dan AMD, terus meraih kesuksesan di pasar chip kecerdasan buatan (AI) dan server. Nvidia, khususnya, telah mendominasi pasar AI, sementara AMD semakin kompetitif di segmen prosesor PC dan server.

Kesabaran Investor yang Menipis

Beberapa pemegang saham utama Intel dikabarkan mulai kehilangan kesabaran dengan lambannya perusahaan dalam mengejar inovasi. Hal ini bahkan memicu desakan agar CEO Intel, Pat Gelsinger, mundur dari jabatannya.

Menurut Jack Gold, analis utama di J. Gold Associates, salah satu masalah terbesar Intel adalah kurangnya investasi berkelanjutan dalam teknologi pembuatan chip selama bertahun-tahun. Hal ini membuat mereka tertinggal jauh dari para pesaing, termasuk Nvidia, AMD, dan bahkan Qualcomm, yang kini mulai mengincar pasar serupa.

Langkah untuk Bertahan

Sebagai bagian dari upaya restrukturisasi, Intel telah mengumumkan rencana untuk menjual sebagian sahamnya di Altera, anak perusahaan yang juga bergerak di bidang produksi chip. Langkah ini diharapkan dapat membantu Intel mengumpulkan dana segar dan fokus pada bisnis inti mereka. Selain itu, Intel juga telah memisahkan unit bisnis Intel Foundry, dengan laporan keuangan terpisah untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Intel juga berkomitmen untuk berinvestasi sebesar 100 miliar dolar AS selama lima tahun mendatang untuk mendukung manufaktur semikonduktor pihak ketiga di Amerika Serikat. Investasi ini menjadi salah satu kolaborasi swasta-publik terbesar dalam sejarah industri semikonduktor di negara tersebut.

Harapan Masa Depan

Meski berada dalam tekanan, beberapa pihak percaya bahwa Intel masih memiliki peluang untuk bangkit. Jack Gold memperkirakan bahwa Intel membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk memulihkan posisinya, baik dalam inovasi manufaktur maupun pemenuhan kebutuhan pasar.

Namun, langkah menjual bisnis chip mereka ke investor seperti Elon Musk, jika benar terjadi, dapat menjadi keputusan besar yang mengubah arah Intel di masa depan. Dengan nama besar Musk yang dikenal inovatif, banyak pihak menantikan bagaimana potensi akuisisi ini dapat memberikan nafas baru bagi Intel di industri teknologi global.

Agen AI Kini Lebih Terkontrol Berkat Teknologi Terbaru dari Nvidia

Nvidia, produsen kartu grafis terkemuka, memperkenalkan tiga layanan inovatif bernama Nvidia Inference Microservices (NIM). Layanan ini dirancang untuk menjadi “pengaman” teknologi kecerdasan buatan (AI) guna mencegah agen AI berperilaku tidak semestinya. Agen AI, yang mampu menggantikan manusia dalam berbagai tugas, sering kali dikritisi karena potensi menghasilkan keputusan yang kurang tepat atau bahkan membahayakan keamanan, terutama jika pengguna mencoba memodifikasinya.

NIM hadir sebagai solusi yang dioptimalkan untuk mempercepat implementasi model AI pada infrastruktur cloud maupun data center. Layanan ini juga menjadi bagian integral dari Nvidia NeMo Guardrails, rangkaian software yang dirancang untuk mengatur kerja agen AI agar tetap terkendali.

Tiga Layanan Inti NIM

Untuk memastikan agen AI bekerja sesuai aturan, Nvidia menyematkan tiga layanan utama pada NIM, yakni:

  1. Keamanan Konten
    Layanan ini dirancang untuk memastikan output AI bebas dari bias atau konten berbahaya. Nvidia menerapkan standar etika tertentu guna menjaga agar respons yang diberikan oleh AI tetap aman dan dapat diterima.
  2. Pengendalian Topik
    Fitur ini membantu agen AI tetap fokus pada topik yang telah ditentukan. Dengan demikian, potensi munculnya respons yang tidak relevan atau konten yang tidak layak dapat diminimalisasi.
  3. Deteksi Jailbreak
    Nvidia juga menambahkan kemampuan mendeteksi upaya jailbreak, yaitu usaha pengguna untuk menghapus batasan yang telah ditetapkan pada perangkat. Fitur ini menjaga agar agen AI tetap beroperasi dalam batasan yang telah dirancang sebelumnya.

Dataset Khusus untuk Melatih AI

Dalam mengembangkan layanan NIM, Nvidia menggunakan Aegis Content Safety Dataset, yaitu kumpulan data yang mencakup lebih dari 35.000 sampel. Dataset ini telah melalui proses anotasi manual oleh manusia dan dirancang khusus untuk mendukung keamanan AI.

“Dengan menerapkan berbagai model pembatas, pengembang dapat mengatasi celah yang sering kali muncul ketika hanya menggunakan kebijakan global. Pendekatan ini memastikan pengendalian yang lebih akurat dalam alur kerja agen AI yang kompleks,” tulis Nvidia dalam blog resminya.

Solusi Tanpa Mengorbankan Performa

Layanan NIM ini tidak hanya mengutamakan keamanan, tetapi juga menjaga performa. Pengguna tetap dapat berinteraksi dengan agen AI tanpa mengalami keterlambatan waktu respons. Hal ini memberikan pengalaman yang lebih optimal bagi para pengguna, sekaligus menjaga integritas agen AI.

Layanan terbaru dari Nvidia ini diharapkan mampu membantu mitra perusahaan dalam meningkatkan keamanan, akurasi, serta skalabilitas aplikasi berbasis AI generatif.

Mahasiswa Gelisah, Alat Deteksi Plagiarisme Mulai Diterapkan di Kampus

Perangkat lunak deteksi plagiarisme semakin banyak digunakan di institusi pendidikan tinggi di Eropa untuk mencegah kecurangan akademik. Namun, penerapan teknologi ini justru memunculkan kekhawatiran di kalangan mahasiswa, bahkan membuat sebagian merasa tertekan.

Studi terbaru yang melibatkan tujuh negara Eropa menunjukkan bahwa sekitar setengah dari responden merasa khawatir terhadap penggunaan perangkat lunak pendeteksi plagiarisme. Penelitian tersebut dilakukan oleh Departemen Ekonomi Pangan dan Sumber Daya Universitas Copenhagen, Denmark, dengan melibatkan mahasiswa di Swiss, Denmark, Hungaria, Irlandia, Lithuania, Portugal, dan Slovenia.

Mahasiswa Merasa Diawasi

Sebanyak 47% siswa sekolah menengah dan 55% mahasiswa sarjana yang berpartisipasi dalam survei menyatakan kekhawatiran terhadap pengawasan yang dilakukan oleh perangkat lunak tersebut. Kekhawatiran ini tidak hanya berasal dari rasa takut ketahuan melakukan plagiarisme, tetapi juga dari ketidakpastian tentang cara kerja perangkat lunak dan batasan apa yang dianggap sebagai kecurangan.

Mads Goddiksen, peneliti postdoktoral sekaligus penulis utama studi ini, menyatakan bahwa teknologi yang dirancang untuk menjaga integritas akademik justru dapat menciptakan ketegangan di kalangan mahasiswa. “Ironisnya, teknologi yang dimaksudkan untuk mendorong kejujuran akademik malah menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu,” ungkapnya.

Menurut survei, masalah utama bukan sekadar rasa khawatir, tetapi dampaknya pada proses belajar. Kekhawatiran ini membuat siswa kehilangan fokus pada penulisan yang baik dan etis.

Kelemahan Perangkat Lunak Deteksi Plagiarisme

Hingga saat ini, perangkat lunak pendeteksi plagiarisme hanya mampu mendeteksi tumpang tindih teks, tanpa memberikan kepastian apakah tulisan tersebut merupakan hasil plagiarisme. Alat ini sering menandai parafrase atau pengutipan yang sebenarnya sah dalam penulisan akademik.

Goddiksen menekankan pentingnya transparansi dalam penggunaan perangkat lunak ini. “Parafrase dan pengutipan adalah bagian penting dari penulisan akademik, selama dilakukan dengan benar. Namun, teknologi ini terkadang membuat mahasiswa merasa bersalah tanpa alasan yang jelas,” jelasnya.

Perbaikan Sistem yang Lebih Manusiawi

Para peneliti menyarankan agar perangkat lunak pendeteksi plagiarisme digunakan dengan panduan yang jelas dan pelatihan baik untuk pengajar maupun mahasiswa. Associate Professor Mikkel Willum Johansen menekankan pentingnya institusi pendidikan memiliki prosedur yang transparan agar teknologi ini tidak menjadi penghalang dalam proses pembelajaran.

“Institusi perlu memastikan bahwa teknologi ini benar-benar mendukung pembelajaran, bukan justru menciptakan hukuman yang tidak adil,” tutup Johansen.

Dengan pendekatan yang lebih manusiawi, perangkat lunak pendeteksi plagiarisme dapat menjadi alat pendukung yang efektif dalam menjaga integritas akademik sekaligus mendorong mahasiswa untuk tetap menulis secara etis.

Fitur Baru WhatsApp: Jadikan Foto Selfie Anda Stiker Keren

Memulai tahun baru 2025, WhatsApp menghadirkan sejumlah fitur menarik bagi penggunanya. Salah satu fitur terbaru yang langsung mencuri perhatian adalah kemampuan untuk mengubah foto selfie menjadi stiker WhatsApp secara langsung di dalam aplikasi. Fitur ini sudah tersedia untuk pengguna Android dengan versi WhatsApp 2.24.25.77, dan rencananya akan segera hadir untuk pengguna iOS dalam waktu dekat.

Cara Mengubah Foto Selfie Jadi Stiker

Membuat stiker dari foto selfie kini bisa dilakukan dengan langkah yang sederhana. Pengguna hanya perlu membuka jendela percakapan dan mengakses menu stiker. Kemudian, klik tombol “Create” dan pilih ikon “Camera” untuk mengambil foto selfie yang diinginkan. Setelah foto diambil, pengguna akan diarahkan ke menu edit stiker.

Pada menu ini, pengguna bisa memilih mode stiker yang diinginkan, seperti versi asli atau foto yang telah dipotong otomatis (cropped). Selain itu, tersedia opsi untuk menambahkan emoji, teks, atau elemen kreatif lainnya agar stiker menjadi lebih menarik. Setelah selesai, cukup klik tombol “Send” di bagian bawah untuk mengirimkan stiker ke percakapan.

Fitur Baru Lainnya di WhatsApp

Selain fitur stiker selfie, WhatsApp juga meluncurkan beberapa fitur lain untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Camera Effects: Memungkinkan pengguna untuk mengubah latar belakang atau filter pada video secara langsung.
  2. Share Sticker Pack: Mempermudah pengguna membagikan koleksi stiker langsung melalui jendela percakapan.
  3. Reactions dengan Tap Dua Kali: Kini, pengguna dapat memberikan reaksi pada pesan dengan lebih cepat hanya dengan mengetuk pesan tersebut dua kali.

Ketersediaan Fitur

Fitur-fitur terbaru ini mulai tersedia untuk pengguna WhatsApp di seluruh dunia sejak pekan ini. Namun, bagi pengguna yang belum menerima pembaruan, harap bersabar karena WhatsApp secara rutin menggulirkan fitur-fitur baru ini secara bertahap.

Dengan pembaruan ini, WhatsApp menunjukkan komitmennya untuk terus menghadirkan inovasi yang memperkaya pengalaman komunikasi pengguna di seluruh dunia. Jika Anda belum mencobanya, pastikan untuk memperbarui aplikasi WhatsApp Anda ke versi terbaru!

Kemajuan Teknologi: Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Karakter Anak?

Kehidupan manusia terus bertransformasi dari kesederhanaan menuju era modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Di era digital ini, segala aktivitas dapat dilakukan dengan cara yang praktis dan efisien, termasuk dalam hal hiburan dan ekspresi diri. Salah satu bukti nyata dari perkembangan tersebut adalah popularitas aplikasi TikTok, yang menjadi fenomena global, termasuk di Indonesia.

TikTok, sebuah platform video pendek yang berasal dari Tiongkok, kini menjadi salah satu aplikasi yang paling digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk membuat video kreatif dengan memadukan musik, efek visual, dan berbagai fitur unik lainnya. Tidak hanya sebagai sarana hiburan, TikTok juga dianggap mampu mendorong kreativitas, terutama dalam bidang editing video dan ekspresi seni.

Menurut penelitian Center of Innovation Policy and Governance (CIPG), penetrasi internet di Indonesia telah mencapai angka 51%, menjadikan negara ini sebagai salah satu pasar terbesar bagi aplikasi berbasis digital. TikTok, dengan rating tinggi di Google Play dan App Store, berhasil meraih perhatian besar di kalangan pengguna internet Indonesia. Namun, di balik popularitasnya, aplikasi ini menimbulkan perdebatan terkait dampak positif dan negatifnya bagi generasi muda.

Dampak Positif TikTok

Sebagai platform kreatif, TikTok memiliki sejumlah manfaat, terutama dalam mengasah kemampuan editing video dan menciptakan konten yang menarik. Aplikasi ini juga mendorong pengguna untuk mengekspresikan ide dan bakat mereka secara bebas. Banyak remaja yang mampu menghasilkan video berkualitas dengan konsep yang inovatif, menjadikan TikTok sebagai media yang edukatif dan inspiratif ketika digunakan dengan bijak.

Selain itu, TikTok memberikan peluang bagi penggunanya untuk menyalurkan kreativitas dalam bentuk hiburan yang menyenangkan. Fitur musik latar, efek visual, dan kemudahan penggunaan membuat aplikasi ini sangat ramah bagi pengguna pemula maupun profesional.

Kontroversi dan Dampak Negatif

Di sisi lain, TikTok sering kali menuai kritik karena konten yang dianggap tidak pantas. Banyak pengguna, terutama remaja, yang membuat video dengan aksi berlebihan demi mendapatkan perhatian dari penonton. Beberapa bahkan melibatkan anak-anak kecil dalam video yang tidak sesuai dengan usia mereka. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran terkait pengaruh negatif terhadap perilaku generasi muda.

Lebih jauh lagi, ada kasus-kasus di mana pengguna TikTok memproduksi video yang tidak pantas, termasuk yang mengandung unsur pelecehan agama atau tindakan tidak etis. Misalnya, aksi berjoget saat melaksanakan ibadah yang viral di media sosial. Konten semacam ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan pengarahan dari orang tua terhadap anak-anak yang menggunakan aplikasi tersebut.

Bijak Menggunakan Teknologi

Meskipun TikTok memiliki sisi negatif, menyalahkan perkembangan teknologi bukanlah solusi. Semua kembali pada bagaimana setiap individu menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Orang tua juga memegang peran penting dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang dampak penggunaan media sosial.

Dengan memanfaatkan teknologi secara positif, generasi muda dapat mengembangkan bakat dan kreativitas mereka tanpa melupakan nilai-nilai etika dan moral. TikTok, seperti halnya teknologi lainnya, dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijaksana. Mari jadikan perkembangan teknologi ini sebagai peluang untuk menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan berkarakter baik.

AS Perketat Ekspor Chip AI, Kuota GPU untuk Indonesia “Cuma” Sekian

Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengeluarkan kebijakan baru yang bertujuan untuk memperketat kontrol ekspor chip kecerdasan buatan (AI) ke pasar global, termasuk Indonesia. Aturan ini secara khusus mengatur distribusi chip dari perusahaan teknologi besar seperti Nvidia dan AMD untuk menjaga dominasi teknologi AS dalam persaingan global. Kebijakan ini dirancang untuk membatasi akses negara-negara tertentu terhadap teknologi AI canggih, dengan mengelompokkan negara-negara dalam tiga kategori atau tier.

Kategori Tier dan Posisi Indonesia

Menurut laporan TrendForce, kategori tier dalam kebijakan ini dibagi berdasarkan hubungan diplomatik dan kepentingan strategis AS. Tier 1 mencakup negara-negara sekutu utama seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman, yang mendapatkan akses penuh tanpa pembatasan signifikan. Sementara itu, Tier 2 termasuk negara-negara yang tidak masuk dalam daftar sekutu utama tetapi tetap memiliki hubungan baik dengan AS, seperti Indonesia. Terakhir, Tier 3 adalah negara-negara yang dianggap berisiko tinggi bagi keamanan nasional AS, seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.

Indonesia, yang tergolong dalam Tier 2, mendapatkan kuota terbatas hingga 50.000 unit chip AI canggih untuk periode 2025–2027. Chip ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi lokal untuk melatih sistem AI tingkat lanjut atau mendukung pusat data yang menangani aplikasi berbasis big data.

Peluang Tambahan untuk Indonesia

Meskipun kuota awal terbatas, ada peluang bagi negara Tier 2 seperti Indonesia untuk meningkatkan kuota GPU melalui dua jalur. Pertama, negara dapat mengajukan status “National Verified End User” yang memungkinkan pembelian hingga 320.000 GPU dalam dua tahun. Kedua, perjanjian kerja sama teknologi dengan AS dapat menggandakan kuota hingga 100.000 GPU.

Alasan Pengendalian Ketat AS

Aturan yang mulai berlaku pada April 2025 ini bertujuan menjaga agar teknologi canggih AS tidak jatuh ke tangan yang salah. Pemerintah AS juga memperketat proses perizinan dan mencegah penyalahgunaan teknologi AI canggih untuk keperluan militer atau pengawasan di negara-negara tertentu. Dengan langkah ini, AS berupaya mempertahankan keunggulan dalam teknologi AI global sekaligus melindungi kepentingan strategisnya.

Dengan kebijakan baru ini, hubungan bilateral Indonesia-AS berpotensi memainkan peran penting dalam menentukan seberapa besar akses Indonesia terhadap teknologi AI canggih di masa depan.

Prediksi Harga iPhone 17 Series dan SE 4: Akan Lebih Mahal di 2025!

Harga iPhone generasi terbaru, termasuk iPhone 17 series dan iPhone SE 4, diperkirakan akan mengalami kenaikan yang signifikan tahun ini. Menurut berbagai sumber, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini, salah satunya adalah tingginya permintaan untuk model iPhone Pro yang lebih premium, yang terus meningkat sejak rilis iPhone 16 series. Permintaan tinggi ini, meskipun penjualan iPhone secara keseluruhan menurun, menunjukkan bahwa konsumen semakin beralih ke perangkat dengan fitur lebih canggih, terutama di pasar-pasar seperti China.

Analis dari Counterpoint Research, Ivan Lam, menjelaskan bahwa meski penjualan iPhone secara umum mengalami penurunan, permintaan untuk model Pro series justru melonjak. Ia menambahkan bahwa di kuartal IV 2023, model Pro dan Pro Max menyumbang sekitar 40 persen dari total penjualan, dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2024.

Tingginya permintaan untuk iPhone Pro memberikan ruang bagi Apple untuk menaikkan harga, dengan sejumlah model baru yang diperkirakan akan dirilis, termasuk iPhone 17 Air. Model ini diprediksi akan menggantikan iPhone Plus dan hadir dengan desain yang lebih tipis. Meskipun spesifikasinya tidak setinggi model Pro, desain yang lebih ramping ini memerlukan teknologi yang lebih rumit, yang berpotensi mendorong harga naik. Berdasarkan bocoran, berikut adalah perkiraan harga untuk iPhone 17 series:

  • iPhone 17: $799 USD (sekitar Rp 13 juta) atau $849 USD (sekitar Rp 13,9 juta)
  • iPhone 17 Air: $999 USD (sekitar Rp 16,3 juta)
  • iPhone 17 Pro: $1.099 USD (sekitar Rp 18 juta)
  • iPhone 17 Pro Max: $1.299 USD (sekitar Rp 21,2 juta)

Selain itu, bocoran harga iPhone SE 4 juga mencuat ke publik. Diharapkan iPhone SE 4 akan diluncurkan dengan harga sekitar $499 USD (sekitar Rp 8 juta), meskipun harga ini sedikit lebih mahal dibandingkan dengan iPhone SE generasi sebelumnya yang dibanderol sekitar $429 USD (sekitar Rp 6,9 juta). Meski harga iPhone SE 4 lebih tinggi, peningkatan ini cukup wajar mengingat spesifikasi yang lebih canggih.

iPhone SE 4 kabarnya akan dilengkapi dengan chip A18, yang juga digunakan pada iPhone 16, serta RAM 8 GB, yang lebih tinggi dari model sebelumnya yang hanya memiliki RAM 4 GB. Smartphone ini juga akan mengusung layar OLED 6,06 inci dengan refresh rate 60 Hz dan menggunakan desain notch. Salah satu peningkatan penting adalah hadirnya fitur Face ID, menggantikan pemindai sidik jari Touch ID yang ada pada iPhone SE 2022. Selain itu, kamera utama 48 MP dan kamera depan 12 MP diprediksi akan meningkatkan kualitas foto.

Meskipun masih banyak rumor yang beredar, Apple belum memberikan konfirmasi resmi tentang harga dan spesifikasi iPhone SE 4. Namun, iPhone SE 4 diperkirakan akan diluncurkan pada Maret 2025 mendatang. Kita tunggu saja kabar resmi dari Apple terkait dengan peluncuran perangkat-perangkat baru ini.

Pendidikan Berkualitas di Indonesia: Peran Vital Teknologi

Extramarks Indonesia terus mendukung pentingnya adopsi teknologi dalam sektor pendidikan di Tanah Air. Dukungan ini disampaikan dalam acara Indonesia Economic Forum 2018 (IEF) yang mengusung tema “Connecting Indonesia: A New Five-Year Agenda.” Dalam acara tersebut, Fernando Uffie, selaku Country Manager Extramarks Indonesia, mengungkapkan bahwa teknologi kini menjadi elemen vital dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam pemerataan akses pendidikan di seluruh penjuru negeri.

Menurut Uffie, dengan luasnya wilayah Indonesia, akan sangat sulit untuk menyamaratakan kualitas pendidikan tanpa bantuan teknologi. “Pemerataan pendidikan yang efisien di Indonesia, terutama di daerah terpencil, membutuhkan dukungan teknologi untuk mempercepat proses tersebut,” ujarnya. Uffie menekankan bahwa wilayah-wilayah yang jauh dari ibu kota atau kota-kota besar memerlukan lebih dari sekadar metode konvensional untuk memastikan pendidikan berkualitas dapat diakses oleh semua pihak.

Salah satu langkah strategis yang mendukung upaya tersebut adalah proyek Palapa Ring yang digagas oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Proyek ini bertujuan membangun infrastruktur telekomunikasi serat optik sepanjang 36.000 kilometer di seluruh Indonesia, yang akan memungkinkan distribusi akses internet yang lebih merata, terutama untuk dunia pendidikan. Dalam konteks ini, teknologi pendidikan atau edutech memegang peran besar dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkualitas.

Sebagai bagian dari komitmennya, Extramarks Indonesia berupaya memberikan solusi pembelajaran digital yang terintegrasi dengan tiga pendekatan utama: Learn, Practice, dan Test. Konten pendidikan yang ditawarkan telah disesuaikan dengan kurikulum nasional dan disampaikan dalam Bahasa Indonesia, agar dapat menjangkau semua siswa di seluruh negeri. Solusi ini juga didesain untuk mendukung kebutuhan guru, orang tua, dan sekolah dalam proses pembelajaran yang lebih efektif.

Salah satu inovasi yang ditawarkan oleh Extramarks adalah pendekatan pembelajaran berbasis V.A.K (Visual, Audio, Kinesthetic) yang sesuai dengan karakter siswa. Untuk tipe visual, materi disajikan dalam bentuk animasi dan video, sementara materi auditory disampaikan melalui suara, dan materi kinesthetic melalui interaksi fisik atau gerakan. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa.

Keunggulan lain dari platform ini adalah fleksibilitasnya. Siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja, menggunakan perangkat apa pun seperti smartphone, tablet, atau komputer. Baik secara online maupun offline, siswa tetap dapat melanjutkan pembelajaran dengan efektif. Sementara itu, guru dan orang tua dapat memantau perkembangan belajar siswa secara real-time, memastikan bahwa proses pendidikan berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.

Pada diskusi panel di IEF 2018, turut hadir para tokoh penting, seperti Ilham Habibie, Chairman WANTIKNAS, Ir. Totok Suprayitno Ph.D, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, serta Drs Sobirin HS, Ketua Umum YPI Al Azhar. Dalam forum tersebut, mereka membahas berbagai tantangan dan solusi yang dapat diambil untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik melalui penerapan teknologi.

Dengan dukungan penuh terhadap transformasi digital dalam pendidikan, Extramarks Indonesia terus berupaya menghadirkan solusi yang tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga bagi seluruh ekosistem pendidikan di Indonesia.