Tag Archives: AI

SIG Dukung Pemanfaatan Teknologi AI Untuk Meningkatkan Komunikasi Di BUMN

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mengumumkan dukungannya terhadap pemanfaatan teknologi komunikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) dalam rangka mewujudkan inisiatif Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dukungan ini diharapkan dapat memperkuat citra positif perusahaan dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, menjelaskan bahwa kehadiran teknologi AI membawa manfaat besar dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang komunikasi. Dengan menggunakan AI, perusahaan dapat menyampaikan pesan yang lebih efektif kepada publik dan pemangku kepentingan. Ini menunjukkan bahwa teknologi modern dapat menjadi alat yang ampuh dalam memperkuat hubungan antara perusahaan dan masyarakat.

SIG turut berpartisipasi dalam workshop bertema “Navigating the Future of Social Media with AI Technology” yang diadakan oleh Kementerian BUMN di Padang, Sumatera Barat. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta dari berbagai BUMN dan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi karyawan dalam memanfaatkan teknologi digital dan AI. Ini mencerminkan upaya pemerintah untuk mempersiapkan karyawan BUMN menghadapi era digital yang semakin berkembang.

Vita menambahkan bahwa kegiatan workshop ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi peningkatan keterampilan berkomunikasi karyawan BUMN di media sosial. Dengan memahami cara menggunakan teknologi AI, karyawan dapat lebih efektif dalam menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan audiens. Ini menunjukkan bahwa investasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia sangat penting untuk kemajuan perusahaan.

Salah satu sesi dalam workshop tersebut diisi oleh Danang Prakoso dari Mediatics Digital Indonesia, yang membahas bagaimana AI mengubah cara content creator dan brand berinteraksi dengan audiens. Diskusi ini memberikan wawasan tentang tren terkini dalam dunia media sosial yang kini semakin dipengaruhi oleh teknologi AI. Ini menunjukkan bahwa adaptasi terhadap perubahan adalah kunci keberhasilan di era digital.

Dengan mendukung pemanfaatan teknologi komunikasi berbasis AI, SIG menunjukkan komitmennya untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Semua pihak kini diajak untuk menyaksikan bagaimana penerapan teknologi ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Keberhasilan inisiatif ini akan sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bersama.

Skill AI, Kunci Sukses di Pasar Kerja 2025

Pada tahun 2024, teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) semakin populer dan menjadi sorotan. Diprediksi bahwa pada tahun 2025, akan ada lonjakan permintaan untuk pekerjaan yang terkait dengan AI. Salah satu platform lowongan kerja, Indeed, melaporkan bahwa kemampuan dalam bidang AI akan semakin dicari. Keahlian dalam machine learning (ML), yang melibatkan pelatihan model AI, serta keterampilan lain yang menggunakan AI akan menjadi kebutuhan utama.

Hannah Calhoon, VP AI di Indeed, mengungkapkan bahwa meskipun industri teknologi dan informasi (TI) mengalami penurunan perekrutan dan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam beberapa tahun terakhir, diharapkan akan terjadi pemulihan. Pekerjaan yang terkait dengan AI kemungkinan besar akan dibuka. Selain itu, perusahaan non-TI juga akan membutuhkan individu yang mampu mengimplementasikan AI dalam pekerjaan mereka.

Perusahaan non-TI kemungkinan tidak akan merekrut engineer machine learning atau data scientist untuk mengembangkan model AI sendiri. Sebaliknya, mereka akan mencari orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang AI dan dapat membantu menentukan alat AI yang sesuai untuk diimplementasikan dalam alur kerja mereka, yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi bisnis.

“Perusahaan akan mencari individu dengan pemahaman mendalam tentang ekosistem AI dan mampu membantu mereka menerapkan alat AI ke dalam bisnis mereka,” jelas Calhoon. Ini akan memengaruhi sektor pekerjaan seperti administrator aplikasi atau arsitek solusi, yang merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan solusi teknologi sesuai kebutuhan bisnis.

Indeed mencatat bahwa lowongan pekerjaan terkait AI telah meningkat signifikan. Dalam 11 bulan pertama tahun 2024, beberapa posisi yang mengalami pertumbuhan pesat adalah peneliti senior, manajer rekayasa perangkat lunak, dan insinyur penelitian. Menurut perusahaan pengelola sumber daya manusia Randstad, sektor pekerjaan di bidang AI yang sangat dibutuhkan antara lain pengembang model natural-language processing dengan tingkat permintaan mencapai 15 persen secara global, dua kali lipat dari rata-rata kebutuhan pekerjaan di Amerika Serikat.

Randstad melakukan survei terhadap 10 juta lowongan pekerjaan dan 136 juta resume pada kuartal ketiga tahun 2024 untuk mengukur kebutuhan di bidang AI. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan di seluruh dunia kesulitan menemukan pekerja terampil dalam bidang natural-language processing, predictive modelling, dan praktisi komunikasi bagi para stakeholder. Tingginya permintaan akan keterampilan AI di sektor ini disebabkan oleh spesialisasi yang dibutuhkan serta hampir semua industri yang membutuhkannya.

Laporan Indeed pada September 2024 menunjukkan bahwa penyebutan “generative AI” dalam lowongan pekerjaan di AS meningkat 3,5 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, hanya 2 persen perekrut yang menyebutkan keterampilan AI dalam deskripsi pekerjaan mereka, sementara 20 persen lainnya hanya membutuhkan pemahaman dasar komputer. Calhoon memprediksi bahwa permintaan akan keterampilan generative AI akan terus meningkat dalam tiga atau empat tahun ke depan.

Menurut Andy Schachtel, CEO Sourcefit, banyak perusahaan yang mulai mengimplementasikan AI untuk meningkatkan efisiensi bisnis. Laporan terbaru dari US Chamber of Commerce menemukan bahwa empat dari 10 bisnis kecil di AS telah menggunakan generative AI pada pertengahan 2024. Sekitar tiga perempat bisnis kecil juga berencana mengadopsi teknologi baru seperti AI.

Peningkatan adopsi AI ini akan mendorong kebutuhan akan pemimpin bisnis yang ahli dalam AI. Laporan dari firma riset Altrata menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengisi posisi kepala AI atau setara meningkat 70 persen dari tahun ke tahun hingga akhir Oktober 2024. Nicole Kyle, peneliti prediksi pekerjaan masa depan, menyatakan bahwa AI akan meringankan beban kerja manusia dan menciptakan jenis pekerjaan baru yang terkait dengan teknologi ini. “Saya yakin AI akan menciptakan pekerjaan baru seperti halnya kemajuan teknologi lainnya,” kata Kyle.

Telkomsel, Tencent, Dan M CASH Integrasi Kolaborasi Kembangkan Teknologi Komunikasi Dan AI

Pada tanggal 30 Desember 2024, Telkomsel, Tencent, dan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) secara resmi mengumumkan kolaborasi strategis untuk mengembangkan teknologi komunikasi dan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia. Kerja sama ini bertujuan untuk mempercepat transformasi digital di tanah air dengan menghadirkan solusi terintegrasi yang inovatif dan berkelanjutan.

Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman pengguna serta memberikan dampak positif bagi masyarakat dan industri. Nugroho, Direktur Utama Telkomsel, menekankan pentingnya sinergi dalam kemitraan ini. “Kami berharap dapat mendefinisikan ulang standar pasar dan mendorong transformasi digital yang lebih inklusif,” ujarnya. Dengan dukungan teknologi terkini dari Tencent, Telkomsel berambisi untuk menghadirkan inovasi yang lebih baik.

Dalam kerjasama ini, berbagai teknologi baru akan dikembangkan, termasuk Palm Verification Technology, eKYC (electronic Know Your Customer), Digital Human, dan konten berbasis AI. Teknologi Palm Verification akan digunakan untuk mempermudah transaksi layanan Telkomsel sekaligus menciptakan standar keamanan yang lebih tinggi. Ini menunjukkan komitmen ketiga perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas layanan.

Poshu Yeung, Senior Vice President Tencent Cloud, menyambut baik kolaborasi ini. Ia percaya bahwa kerja sama ini akan membuka peluang inovasi yang lebih luas di pasar Indonesia. Sementara itu, Martin Suharlie, Direktur Utama MCAS, menilai kolaborasi ini sebagai langkah besar dalam mendukung Telkomsel dengan teknologi global Tencent. Keduanya berkomitmen untuk melayani masyarakat Indonesia dengan lebih baik melalui teknologi mutakhir.

Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan masyarakat akan merasakan manfaat langsung dari peningkatan layanan yang ditawarkan. Solusi berbasis AI akan membantu optimalisasi penawaran layanan pelanggan serta membuka peluang bisnis baru bagi Telkomsel. Hal ini juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Kolaborasi antara Telkomsel, Tencent, dan M CASH Integrasi merupakan langkah strategis dalam mempercepat inovasi digital di Indonesia. Dengan fokus pada pengembangan teknologi komunikasi dan AI, ketiga perusahaan ini berupaya menciptakan solusi yang tidak hanya efisien tetapi juga aman bagi pengguna. Semua pihak kini menantikan implementasi nyata dari kerja sama ini dan dampaknya terhadap transformasi digital di Indonesia.

Perkembangan Teknologi AI Mengubah Paradigma Pendidikan Di Indonesia

Pada 22 Desember 2024, teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin menunjukkan dampaknya dalam dunia pendidikan Indonesia. AI kini tidak hanya digunakan dalam sektor industri, tetapi juga telah merambah ke dunia pendidikan dengan tujuan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih efisien dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dengan pemanfaatan AI, sekolah-sekolah di Indonesia kini dapat menawarkan pengalaman belajar yang lebih personal, memungkinkan guru untuk lebih fokus pada pengembangan kemampuan siswa, sementara siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar mereka.

Salah satu manfaat terbesar AI dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk membantu guru dalam menyusun materi pelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Dengan analisis data yang cepat dan akurat, AI dapat menganalisis kemampuan siswa dalam waktu singkat, kemudian merekomendasikan materi yang paling relevan untuk mereka. Hal ini memungkinkan guru untuk lebih efektif dalam menyampaikan pelajaran, karena materi yang diberikan sudah disesuaikan dengan level pemahaman setiap siswa. Selain itu, AI juga membantu dalam memantau perkembangan belajar siswa secara real-time, memberikan umpan balik yang lebih cepat dan akurat.

Teknologi AI juga memungkinkan adanya pembelajaran yang lebih personal. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda—ada yang lebih visual, auditori, atau kinestetik—dan AI dapat menganalisis preferensi ini untuk menyesuaikan cara penyampaian materi. Dengan adanya aplikasi berbasis AI, siswa dapat belajar melalui metode yang paling sesuai dengan cara mereka memahami informasi. Hal ini membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan efektif, karena siswa merasa lebih dihargai dan dapat belajar dengan cara yang mereka sukai.

Selain itu, AI juga mempermudah akses ke sumber daya pembelajaran di Indonesia. Banyak sekolah dan lembaga pendidikan di daerah terpencil yang kini dapat mengakses materi berkualitas dan metode pembelajaran yang lebih canggih berkat aplikasi berbasis AI. Teknologi ini memungkinkan siswa di daerah yang jauh dari pusat kota untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan berkualitas. Hal ini menjadi langkah maju dalam pemerataan pendidikan di Indonesia, yang selama ini menjadi tantangan besar di beberapa daerah.

Dengan terus berkembangnya teknologi AI, dunia pendidikan Indonesia diprediksi akan semakin terhubung dan efektif. Teknologi ini memberi kesempatan untuk menciptakan kurikulum yang lebih dinamis dan mampu menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dunia kerja di masa depan. Ke depannya, AI diharapkan tidak hanya membantu siswa dalam belajar, tetapi juga membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi dan industri global. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan lembaga pendidikan, penggunaan AI ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang besar dalam mencetak generasi penerus bangsa yang lebih siap menghadapi tantangan global.

Google Rilis Gemini 2.0 Flash Thinking: Model AI dengan Kemampuan Bernalar Seperti Manusia

Google secara resmi memperkenalkan model kecerdasan buatan (AI) terbarunya, Gemini 2.0 Flash Thinking Experimental. Model ini dirancang dengan kemampuan bernalar (reasoning), mirip dengan teknologi yang dimiliki oleh ChatGPT, dan diklaim mampu berpikir logis menyerupai cara berpikir manusia.

Apa Itu Model AI Reasoning?

Model AI dengan kemampuan bernalar biasanya digunakan untuk menyelesaikan persoalan kompleks, seperti masalah matematika dan sains. Dengan teknologi ini, AI dapat memproses jawaban secara logis dan bertahap untuk menghasilkan hasil yang akurat.

Logan Kilpatrick, Lead Product dari Google AI Studio, menjelaskan bahwa Gemini 2.0 Flash Thinking Experimental adalah langkah awal Google dalam mengembangkan model AI yang lebih cerdas dan mendalam. Model ini dirancang untuk memproses informasi secara iteratif hingga menemukan jawaban terbaik.

Teknologi di Balik Gemini 2.0

Menurut Jeff Dean, Chief Scientist dari divisi AI Google (DeepMind), model ini telah melalui proses pelatihan intensif. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan AI dapat berpikir secara berulang dan terstruktur dalam mencari solusi. Gemini 2.0 dilatih agar mampu menyusun jawaban melalui beberapa tahap, memungkinkan pengguna mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Meski proses berpikirnya tidak instan seperti beberapa model AI lainnya, Gemini 2.0 tetap memiliki kecepatan yang cukup baik berkat fondasi teknologi Flash miliknya. Namun, karena fokus pada akurasi, proses pencarian jawaban tetap memakan waktu lebih lama dibandingkan model AI konvensional.

Demonstrasi Kemampuan Gemini 2.0

Logan Kilpatrick dan Jeff Dean memamerkan kemampuan Gemini 2.0 melalui beberapa contoh soal. Salah satu demonstrasi yang menarik adalah ketika model ini diminta untuk menjumlahkan tiga dari empat angka pada bola biliar (7, 9, 11, dan 13) sehingga hasilnya menjadi 30.

Pada kenyataannya, angka-angka tersebut tidak dapat dijumlahkan menjadi 30 secara langsung. Namun, Gemini 2.0 mampu menemukan solusi kreatif dengan membalik angka 9 menjadi 6. Dengan demikian, kombinasi angka 6, 11, dan 13 menghasilkan total 30. Proses pemecahan masalah ini membutuhkan waktu sekitar 9,1 detik.

Dalam demonstrasi lain, Jeff Dean menguji kemampuan Gemini 2.0 dengan sebuah soal fisika yang lebih kompleks. AI ini berhasil memberikan jawaban yang benar setelah memproses langkah-langkahnya dalam waktu sekitar 37,7 detik.

Ketersediaan Gemini 2.0

Meski Google belum mengumumkan jadwal perilisan luas untuk Gemini 2.0 Flash Thinking Experimental, pengguna yang penasaran dengan kemampuannya sudah dapat mencoba model AI ini melalui platform AI Studio mulai pekan ini.

Pengembangan ini menjadi langkah besar dalam dunia kecerdasan buatan, terutama untuk aplikasi yang membutuhkan logika tingkat tinggi.

Perguruan Tinggi Harus Siapkan Talenta Untuk Hadapi Perkembangan Teknologi AI

Jakarta — Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang pesat menjadi tantangan dan peluang besar bagi berbagai sektor, termasuk pendidikan tinggi. Para ahli dan pelaku industri sepakat bahwa perguruan tinggi di Indonesia harus berperan aktif dalam menyiapkan talenta-talenta unggul yang mampu beradaptasi dengan teknologi AI. Dengan memasukkan AI sebagai bagian dari kurikulum dan pengembangan penelitian, perguruan tinggi dapat memainkan peran penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang siap bersaing di era digital ini.

Teknologi AI terus berkembang dengan cepat, mencakup berbagai bidang seperti otomatisasi, analitik data besar, serta pemrograman dan robotika. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kapasitas untuk melahirkan generasi profesional, diharapkan dapat menyiapkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini mencakup pengajaran ilmu komputer, data science, serta keterampilan praktis dalam pengembangan AI. Dengan demikian, perguruan tinggi berfungsi sebagai pusat pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi tantangan industri yang semakin didominasi oleh AI.

Para ahli mengungkapkan bahwa selain keterampilan teknis dalam bidang pemrograman dan pengolahan data, keterampilan lain yang harus dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi adalah kemampuan berpikir kritis dan inovatif. Hal ini diperlukan agar para talenta yang dihasilkan dapat beradaptasi dengan cepat dan efektif di tengah perubahan teknologi yang dinamis. Selain itu, keterampilan dalam etika dan keamanan digital juga sangat penting karena AI berpotensi membawa tantangan terkait privasi dan keamanan data yang harus dikelola dengan bijak.

Untuk meningkatkan relevansi kurikulum pendidikan, kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri menjadi langkah yang sangat penting. Melalui kemitraan ini, perguruan tinggi dapat mengakses kebutuhan pasar tenaga kerja dan menciptakan program-program pendidikan yang lebih terarah. Industri juga dapat terlibat dalam proses pengembangan riset dan teknologi AI, sehingga lulusan perguruan tinggi tidak hanya siap menghadapi tantangan di dunia kerja, tetapi juga dapat menjadi inovator dalam pengembangan teknologi tersebut.

AI diyakini dapat menjadi kunci utama dalam transformasi ekonomi digital Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan talenta digital yang mumpuni menjadi sangat penting. Perguruan tinggi, dengan dukungan pemerintah dan sektor swasta, diharapkan dapat mencetak lebih banyak lulusan yang terampil di bidang AI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menciptakan ekosistem digital yang kompetitif di tingkat global. Dengan kesiapan talenta yang terdidik, Indonesia bisa memanfaatkan AI untuk mengoptimalkan berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga industri kreatif.

Selain pendidikan, perguruan tinggi juga harus fokus pada penguatan infrastruktur dan riset terkait AI. Investasi dalam laboratorium penelitian, kolaborasi internasional, dan pengembangan pusat inovasi akan memungkinkan perguruan tinggi untuk menghasilkan riset yang berkelanjutan dan berdampak. Dengan riset yang mendalam dan aplikatif, perguruan tinggi dapat berkontribusi dalam menciptakan solusi berbasis AI yang relevan untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi di Indonesia.

Kemendikdasmen Gandeng Skolla Hadirkan Pengalaman AI Dan Metaverse Di Belajar Online

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia mengumumkan kolaborasi dengan platform pendidikan digital Skolla untuk menghadirkan pengalaman pembelajaran yang lebih imersif melalui teknologi kecerdasan buatan (AI) dan metaverse. Kolaborasi ini bertujuan untuk membawa pendidikan online ke tingkat yang lebih maju, memberikan siswa akses yang lebih interaktif dan inovatif dalam proses belajar mengajar. Dalam pengumuman tersebut, Kemendikbudristek menyatakan bahwa teknologi ini dapat memfasilitasi pembelajaran yang lebih menarik dan efektif, khususnya dalam situasi pendidikan jarak jauh.

Salah satu elemen utama dalam kolaborasi ini adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI). Dengan bantuan AI, platform Skolla dapat menyediakan pengalaman pembelajaran yang lebih personal dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa. Sistem ini akan memantau kemajuan siswa, memberikan umpan balik otomatis, dan menyarankan materi yang relevan berdasarkan performa belajar. Pendekatan ini diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena lebih fokus pada gaya belajar individual dan memungkinkan mereka untuk berkembang sesuai dengan kecepatan mereka sendiri.

Selain AI, Skolla dan Kemendikbudristek juga akan mengintegrasikan teknologi metaverse dalam pendidikan. Metaverse memungkinkan siswa untuk belajar dalam dunia virtual yang sepenuhnya interaktif, di mana mereka bisa berinteraksi dengan materi pelajaran secara langsung. Dengan memasuki dunia virtual, siswa dapat mengeksplorasi berbagai konsep pendidikan dengan cara yang lebih menarik, seperti melakukan simulasi eksperimen sains, mengunjungi situs sejarah secara virtual, atau belajar bahasa melalui interaksi langsung di dunia digital.

Inovasi ini juga bertujuan untuk memperluas aksesibilitas pendidikan di seluruh Indonesia, termasuk bagi siswa di daerah terpencil. Dengan teknologi metaverse dan AI, setiap siswa, di manapun mereka berada, akan mendapatkan pengalaman pendidikan yang sama-sama berkualitas. Kemendikbudristek mengungkapkan bahwa pengembangan platform ini akan memungkinkan pendidikan berkualitas tanpa batas geografis, memberi kesempatan kepada lebih banyak anak Indonesia untuk merasakan pengalaman belajar yang optimal, meskipun mereka tidak berada di kota-kota besar.

Kemendikbudristek dan Skolla berharap bahwa integrasi teknologi AI dan metaverse dalam pendidikan akan mengarah pada transformasi signifikan dalam cara siswa belajar dan guru mengajar di Indonesia. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa, mengurangi kejenuhan dalam belajar, serta mengoptimalkan pemahaman materi. Selain itu, platform ini akan mempermudah guru dalam melakukan pengawasan terhadap proses belajar siswa, mengidentifikasi kesulitan yang mereka hadapi, dan memberikan dukungan yang lebih tepat guna.

Dengan langkah ini, Kemendikbudristek berharap dapat mempersiapkan siswa Indonesia untuk menghadapi tantangan dunia digital yang terus berkembang. Penerapan AI dan metaverse dalam pendidikan merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk mendigitalisasi sektor pendidikan, dengan tujuan membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan di era teknologi yang semakin maju. Kedepannya, diharapkan pendekatan ini akan menjadi model pembelajaran baru yang dapat diterapkan secara lebih luas di seluruh sistem pendidikan Indonesia.

Inovasi Teknologi AI Untuk Meningkatkan Akses Pendidikan Bagi Penyandang Tunanetra

Pada 28 November 2024, Abmas (Aplikasi Bersama Masyarakat) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan inovasi teknologi berbasis Kecerdasan Buatan (AI) yang dirancang khusus untuk membantu penyandang tunanetra dalam mengakses pendidikan. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi penyandang disabilitas visual dengan memanfaatkan perkembangan teknologi terkini dalam mempermudah mereka untuk mengakses materi pembelajaran secara mandiri dan efektif.

Teknologi AI yang dikembangkan oleh tim Abmas ITS ini memiliki beberapa fitur unggulan, seperti pembaca teks otomatis dan konversi suara yang memudahkan penyandang tunanetra untuk mengakses buku dan materi ajar secara langsung. Dengan menggunakan perangkat yang terhubung dengan aplikasi ini, pengguna dapat mendengarkan materi pelajaran dalam bentuk suara, yang memungkinkan mereka untuk belajar tanpa keterbatasan fisik. Selain itu, sistem ini juga dilengkapi dengan teknologi pengenalan gambar yang mampu memberikan deskripsi visual kepada pengguna, sehingga mereka dapat memahami lingkungan sekitar.

Peluncuran teknologi ini tidak hanya berfokus pada penyediaan akses materi pendidikan saja, tetapi juga mendukung integrasi penyandang tunanetra ke dalam sistem pendidikan formal. Abmas ITS berharap inovasi ini dapat digunakan oleh sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan di Indonesia untuk memberikan kesempatan yang lebih besar bagi penyandang tunanetra dalam mengikuti pelajaran yang setara dengan teman-teman sekelas mereka. Dengan demikian, teknologi ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendidikan antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas.

Teknologi ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan inklusi sosial dan memberikan kesempatan yang setara bagi penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan, terutama pendidikan. Dengan adanya dukungan teknologi AI, penyandang tunanetra kini memiliki lebih banyak peluang untuk mengakses pendidikan yang berkualitas. Abmas ITS berharap, melalui inovasi ini, pendidikan di Indonesia dapat lebih inklusif dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua kalangan.

Mata Pelajaran Coding dan AI Hanya Diterapkan di Sekolah dengan Fasilitas Siap, Tegas Mendikdasmen

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) mengumumkan rencana memasukkan coding dan kecerdasan buatan (AI) sebagai mata pelajaran pilihan untuk siswa SD dan SMP. Namun, penerapan ini tidak akan berlaku di semua sekolah.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menjelaskan bahwa kedua mata pelajaran tersebut hanya akan diajarkan di sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas memadai. Sarana seperti internet stabil dan perangkat teknologi yang memadai menjadi syarat utama.

Penerapan coding dan AI memerlukan dukungan teknologi yang canggih serta akses internet yang memadai. Sayangnya, belum semua sekolah di Indonesia memiliki infrastruktur ini,” ujar Abdul Mu’ti, sebagaimana dikutip dari laman resmi Puslapdik, Jumat (15/11/2024).

Hingga saat ini, Kemdikdasmen masih mengkaji lebih lanjut model dan materi pembelajaran yang akan diterapkan. Sekolah-sekolah yang siap akan menjadi prioritas untuk menjalankan program ini.

Format Pembelajaran Coding dan AI di SD dan SMP

Yudhistira Nugraha, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemdikdasmen, menjelaskan bahwa pembelajaran coding dan AI tidak selalu dilakukan melalui perangkat komputer. Sebagai alternatif, pembelajaran bisa menggunakan alat bantu seperti kartu atau alat peraga lainnya.

“Tujuan utama dari pembelajaran coding adalah melatih siswa untuk berpikir sistematis dalam menyelesaikan masalah serta melihat suatu persoalan secara holistik,” kata Yudhistira dalam arsip pernyataan yang diterbitkan oleh DetikEdu.

Mata pelajaran coding dan AI juga menjadi bagian dari visi besar pemerintah dalam membangun sumber daya manusia unggul, yang tercantum dalam Asta Cita, visi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Salah satu misinya adalah memperkuat pendidikan, sains, dan teknologi demi mencetak generasi emas Indonesia.

“Menuju Indonesia Emas, diperlukan lebih banyak pakar di bidang coding, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi lainnya,” ungkap Wakil Presiden Gibran.

Selain untuk siswa, program ini juga dirancang untuk meningkatkan kompetensi digital para guru. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menyatakan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah mempercepat digitalisasi pendidikan.

Program ini tidak hanya mendukung penguasaan teknologi di kalangan siswa tetapi juga membantu para pendidik menghadapi tantangan era digital. Dengan inisiatif ini, diharapkan Indonesia dapat bersaing di kancah global dengan sumber daya manusia yang unggul dalam teknologi.

Dosen Teknologi Pendidikan FIP UM Menciptakan Sistem Penilaian Presentasi Otomatis Berbasis AI

Pada 10 November 2024, dunia pendidikan Indonesia mendapatkan terobosan terbaru dalam bidang teknologi. Seorang dosen dari Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM), Dr. Rina Wahyuni, telah berhasil menciptakan sebuah sistem penilaian presentasi otomatis berbasis kecerdasan buatan (AI). Sistem ini diharapkan dapat mengurangi beban pengajar dalam menilai presentasi mahasiswa, sekaligus meningkatkan objektivitas dan efisiensi dalam proses penilaian.

Sistem penilaian presentasi otomatis ini dikembangkan oleh Dr. Rina Wahyuni bersama tim risetnya. Menggunakan teknologi AI, sistem ini mampu menganalisis berbagai aspek dari presentasi mahasiswa, mulai dari kualitas materi yang disampaikan, cara penyampaian, hingga kemampuan interaksi dengan audiens. Sistem ini kemudian memberikan nilai yang akurat berdasarkan parameter yang telah ditentukan. Menurut Dr. Rina, dengan adanya sistem ini, dosen tidak lagi perlu memberikan penilaian secara manual yang memakan waktu lama dan bisa subjektif.

Sistem ini menggunakan algoritma pemrosesan bahasa alami (NLP) dan analisis suara untuk menilai kualitas materi yang disampaikan. AI juga dilengkapi dengan teknologi pengenalan wajah untuk menganalisis ekspresi dan bahasa tubuh presenter, yang merupakan faktor penting dalam presentasi. Dengan teknologi ini, sistem dapat memberikan umpan balik secara real-time, memungkinkan mahasiswa untuk segera mengetahui area yang perlu diperbaiki tanpa harus menunggu lama untuk mendapat penilaian dari dosen.

Dr. Rina berharap sistem ini dapat diimplementasikan di berbagai kampus di Indonesia, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di era digital. “Sistem ini bukan hanya akan menghemat waktu, tetapi juga membantu mahasiswa untuk lebih memahami kelemahan mereka dalam presentasi dan memperbaikinya sebelum penilaian akhir,” ujarnya. Selain itu, penggunaan teknologi AI di bidang pendidikan diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk lebih berinovasi dan mengasah keterampilan teknologi mereka.

Reaksi dari kalangan pengajar dan mahasiswa terhadap inovasi ini sangat positif. Beberapa dosen yang telah mencoba sistem ini mengakui bahwa proses penilaian menjadi lebih cepat dan objektif. Sementara itu, mahasiswa merasa sistem ini memberikan kesempatan yang lebih adil untuk memperbaiki diri sebelum penilaian final. “Sistem ini sangat membantu, karena saya bisa melihat langsung penilaian pada setiap aspek presentasi saya,” kata salah satu mahasiswa UM yang telah mencoba sistem tersebut.

Ke depan, Dr. Rina dan timnya berharap sistem ini dapat terus dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai kebutuhan di dunia pendidikan. Inovasi ini juga diharapkan bisa menjadi model untuk pengembangan sistem penilaian otomatis di berbagai bidang lainnya, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih efisien dan transparan.