Tag Archives: Teknologi Komunikasi

https://shopthebootrack.com

Era Digital dan Revolusi Komunikasi: Dampak Baik dan Buruknya

Di era modern ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua aktivitas manusia kini bergantung pada kemajuan teknologi guna meningkatkan efisiensi dan kenyamanan. Salah satu sektor yang mengalami perkembangan pesat adalah teknologi komunikasi. Inovasi dalam bidang ini telah membawa perubahan signifikan, memungkinkan interaksi tanpa batas, serta memberikan kemudahan yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Namun, di balik beragam manfaat yang ditawarkan, kemajuan teknologi komunikasi juga menghadirkan tantangan tersendiri. Dampak negatifnya pun tidak bisa diabaikan, karena berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial hingga ancaman keamanan siber. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami baik sisi positif maupun negatif dari perkembangan teknologi komunikasi di era digital ini.

Dampak Positif Perkembangan Teknologi Komunikasi

1. Mempermudah Komunikasi Global

Dulu, berkomunikasi jarak jauh memerlukan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. Kini, dengan hadirnya internet dan perangkat digital, seseorang bisa berinteraksi secara instan, bahkan dengan orang di belahan dunia lain. Berbagai aplikasi komunikasi seperti WhatsApp, Zoom, dan Telegram memungkinkan koneksi tanpa batas dalam hitungan detik.

2. Akses Informasi yang Cepat dan Luas

Jika sebelumnya masyarakat hanya mengandalkan media cetak atau televisi untuk mendapatkan berita terbaru, kini akses informasi menjadi lebih cepat berkat internet. Berita dari berbagai belahan dunia bisa diperoleh dalam waktu nyata melalui portal berita digital, media sosial, serta aplikasi pesan instan.

3. Media Sosial sebagai Sarana Interaksi dan Bisnis

Kehadiran Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter tidak hanya berfungsi sebagai media sosial untuk menjaga hubungan, tetapi juga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan lainnya. Banyak individu dan perusahaan menggunakan platform ini sebagai alat pemasaran digital, transaksi bisnis, serta penyebaran informasi penting. E-commerce berbasis media sosial kini berkembang pesat, memungkinkan siapa saja untuk memasarkan produk dan jasa dengan mudah.

4. Kemudahan Berbagi Data dan File

Perkembangan teknologi juga mempermudah dalam berbagi dokumen, musik, video, dan berbagai jenis file lainnya. Layanan penyimpanan awan (cloud storage) seperti Google Drive, Dropbox, dan OneDrive memungkinkan pengguna mengunggah serta mengunduh file dengan cepat dan praktis, sehingga meningkatkan produktivitas kerja dan pembelajaran daring.

5. Meningkatkan Akses Pendidikan

Teknologi komunikasi turut berperan dalam kemajuan dunia pendidikan. Masyarakat di daerah terpencil kini dapat mengakses berbagai sumber belajar digital. Dengan adanya platform pembelajaran daring seperti Google Classroom, Moodle, dan Coursera, siswa dan mahasiswa dapat memperoleh materi akademik, mengikuti kursus online, serta berinteraksi langsung dengan pengajar dari berbagai belahan dunia.

Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Komunikasi

Di balik manfaatnya, perkembangan teknologi komunikasi juga membawa tantangan dan risiko yang perlu diwaspadai.

1. Menurunkan Kreativitas dan Daya Juang

Kemudahan akses informasi terkadang membuat seseorang menjadi kurang berusaha untuk berpikir kritis dan mandiri. Dalam dunia pendidikan, misalnya, banyak siswa yang hanya menyalin jawaban dari internet tanpa memahami materi secara mendalam. Hal ini dapat menghambat kreativitas serta kemampuan berpikir analitis mereka.

2. Meningkatnya Kejahatan Siber (Cyber Crime)

Seiring berkembangnya teknologi komunikasi, kejahatan di dunia maya pun semakin marak terjadi. Hacking, carding, phishing, serta penipuan online menjadi ancaman bagi pengguna internet. Oleh sebab itu, penting untuk selalu berhati-hati dalam melakukan transaksi digital dan menjaga keamanan data pribadi agar tidak menjadi korban kejahatan siber.

3. Penyebaran Hoaks dan Ujaran Kebencian

Media sosial sering kali menjadi sarana penyebaran informasi yang belum tentu kebenarannya. Hoaks, ujaran kebencian, dan propaganda negatif dapat menyebar dengan cepat dan mempengaruhi opini publik. Jika tidak disaring dengan baik, informasi yang salah dapat menyebabkan perpecahan sosial serta menimbulkan keresahan di masyarakat.

4. Cyberbullying dan Dampak Psikologis

Meningkatnya penggunaan media sosial juga berdampak pada kesehatan mental. Cyberbullying atau perundungan daring menjadi fenomena yang banyak dialami, terutama oleh remaja. Komentar negatif, hinaan, serta ancaman yang disebarkan melalui platform digital dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi bagi korbannya.

5. Konten Tidak Pantas dan Pengaruh Negatif

Internet memberikan kebebasan akses yang luas, tetapi hal ini juga membuka celah bagi penyebaran konten yang tidak pantas, seperti pornografi, kekerasan, dan propaganda berbahaya. Tanpa pengawasan yang ketat, terutama bagi anak-anak dan remaja, konsumsi konten negatif ini dapat berpengaruh buruk terhadap moral dan perkembangan mental mereka.

Kesimpulan

Teknologi komunikasi di era digital menawarkan berbagai manfaat luar biasa yang memudahkan kehidupan manusia, mulai dari kemudahan dalam berkomunikasi, akses informasi yang cepat, hingga peluang bisnis yang lebih luas. Namun, di balik dampak positif tersebut, terdapat pula tantangan yang tidak bisa diabaikan, seperti kejahatan siber, penyebaran hoaks, serta dampak sosial dan psikologis yang perlu diwaspadai.

Sebagai pengguna teknologi, kita harus lebih bijak dalam memanfaatkan perkembangan ini. Menggunakan teknologi secara positif dan bertanggung jawab adalah kunci agar kemajuan komunikasi tidak hanya memberikan manfaat, tetapi juga mengurangi dampak negatifnya. Dengan langkah yang tepat, teknologi komunikasi dapat menjadi alat yang membawa perubahan positif tanpa harus mengorbankan nilai-nilai sosial dan moral yang ada. 🚀

Masa Depan Sudah Tiba! Teknologi Meta Ini Bisa Membaca Pikiran

Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, kembali membuat gebrakan di dunia teknologi dengan memperkenalkan inovasi terbaru mereka: sebuah sistem AI yang mampu menerjemahkan pikiran menjadi teks tertulis di layar. Teknologi ini memungkinkan pengguna mengetik hanya dengan berpikir, tanpa perlu perangkat tambahan seperti implan atau alat yang dikenakan di kepala.

Meski terdengar futuristik, teknologi ini masih dalam tahap awal pengembangan. Saat ini, perangkatnya berukuran sebesar lemari es, berbobot setengah ton, dan memiliki harga fantastis mencapai 2 juta dolar AS atau sekitar Rp 32 miliar.

Cara Kerja Brain2Qwerty, AI Pembaca Pikiran Meta

Teknologi ini dikembangkan oleh tim AI dan neurosains Meta dengan sistem berbasis kecerdasan buatan yang disebut Brain2Qwerty. Sistem ini menggunakan teknik magnetoencephalography (MEG), yang bekerja dengan menangkap sinyal magnetik dari neuron di otak.

Dalam uji coba, peserta penelitian duduk di dalam pemindai MEG—sebuah perangkat besar yang menyerupai pengering rambut raksasa. Mesin ini membaca sinyal otak saat peserta mengetik, kemudian AI menganalisis pola aktivitas otak dan menghubungkannya dengan huruf yang diketik.

Menurut penelitian yang dilakukan Meta, teknologi ini mampu mencapai akurasi hingga 80% dalam mengenali huruf berdasarkan pola gelombang otak. Dengan kemampuan tersebut, sistem ini dapat menyusun kalimat hanya dari pikiran pengguna, tanpa interaksi fisik sama sekali.

Namun, ada beberapa keterbatasan yang masih perlu diperbaiki, seperti:

  • Kebutuhan ruangan khusus untuk melindungi sistem dari gangguan medan magnet bumi.
  • Sensitivitas tinggi terhadap pergerakan kepala, yang dapat mempengaruhi akurasi.

Meta menegaskan bahwa teknologi ini belum siap untuk dikomersialisasikan dalam waktu dekat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih dalam bagaimana otak manusia mengubah pemikiran menjadi tindakan motorik yang kompleks.

Saingan Neuralink?

Sebelum Meta, perusahaan Neuralink milik Elon Musk juga telah mengembangkan teknologi serupa. Namun, pendekatan Neuralink berbeda karena menggunakan implan chip langsung di otak, memungkinkan penggunanya mengontrol perangkat digital hanya dengan berpikir.

Implan Neuralink memiliki 1.024 elektroda yang terhubung ke 64 benang ultra-tipis, yang lebih kecil dari saraf manusia. Chip ini pertama kali diuji coba pada seorang pasien bernama Noland Arbaugh pada Januari 2024.

Menurut Neuralink, Arbaugh—yang mengalami kelumpuhan—kini bisa:
Bermain gim video
Menjelajahi internet
Menggunakan media sosial
Menggerakkan kursor laptop hanya dengan pikirannya

Pada Agustus 2024, Neuralink menanamkan chip kedua ke pasien lain, sebagai bagian dari uji klinis yang telah mendapat izin dari FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat sejak Mei 2023.

Masa Depan Teknologi Pembaca Pikiran

Baik Meta maupun Neuralink menunjukkan bahwa teknologi pembaca pikiran bukan lagi sekadar fiksi ilmiah. Jika dikembangkan lebih lanjut, inovasi ini berpotensi membantu pasien dengan gangguan saraf atau cedera otak, membuka peluang bagi mereka untuk berkomunikasi dan mengontrol perangkat digital dengan lebih mudah.

Namun, tantangan besar masih menanti, mulai dari efisiensi teknologi, ukuran perangkat, hingga etika dan privasi data otak pengguna. Apakah di masa depan kita akan bisa mengetik atau bermain gim hanya dengan berpikir? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya! 🚀

Aplikasi TikTok Kembali di App Store dan Play Store Wilayah AS

Aplikasi TikTok kini kembali tersedia di toko aplikasi Apple App Store dan Google Play Store untuk pengguna di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, aplikasi ini sempat dihapus dari kedua platform sejak 18 Januari 2025, sehari sebelum kebijakan pemblokiran resmi mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

Menurut laporan Bloomberg, kembalinya TikTok ke toko aplikasi dipicu oleh adanya jaminan hukum dari Jaksa Agung AS, Pam Bondi. Dalam surat resmi yang tidak dipublikasikan, Pam memastikan bahwa Apple dan Google tidak akan menghadapi konsekuensi hukum jika kembali menyediakan TikTok di platform mereka.

TikTok dan Ancaman Pemblokiran di AS

Isu pemblokiran TikTok di AS bermula dari Undang-Undang (UU) yang disahkan pada April 2024. Regulasi ini mewajibkan ByteDance, perusahaan induk TikTok asal China, untuk melepas kepemilikan bisnis TikTok di AS kepada entitas lokal dalam batas waktu tertentu. Jika tidak, aplikasi ini akan diblokir secara permanen di negara tersebut.

UU ini telah mendapat persetujuan dari berbagai lembaga tinggi AS, termasuk Presiden AS saat itu, Joe Biden, dan Mahkamah Agung AS (Supreme Court).

Ketika TikTok sempat dihapus dari App Store dan Play Store, pengguna yang sudah mengunduh aplikasi sebelumnya masih bisa menggunakannya secara normal. Namun, bagi mereka yang belum menginstalnya, satu-satunya cara untuk tetap mengakses TikTok adalah dengan menggunakan metode alternatif, seperti mengunduh dari pihak ketiga atau melalui VPN.

TikTok Masih Beroperasi Berkat Penangguhan Pemerintah

Meski sempat menghadapi ancaman pemblokiran, saat ini TikTok masih beroperasi normal di AS. Hal ini berkat kebijakan terbaru dari Presiden AS saat ini, Donald Trump, yang memberikan perpanjangan waktu selama 75 hari bagi TikTok.

Pada hari pertamanya menjabat, 20 Januari 2025, Trump menandatangani Instruksi Presiden (Executive Order) yang menangguhkan pemblokiran TikTok hingga 5 April 2025. Dalam periode ini, pemerintah AS akan melakukan negosiasi dengan ByteDance dan mencari calon pembeli potensial untuk mengambil alih operasional TikTok di AS.

TikTok: Platform Vital bagi 170 Juta Pengguna di AS

Keputusan pemerintah AS untuk menunda pemblokiran TikTok bukan tanpa alasan. Media sosial berbasis video pendek ini memiliki sekitar 170 juta pengguna di AS, yang menjadikannya salah satu platform paling populer di negara tersebut.

Jika benar-benar diblokir, jutaan pengguna TikTok di AS akan kehilangan berbagai aspek kehidupan digital mereka, mulai dari hiburan, interaksi sosial, hingga bisnis dan pemasaran digital yang bergantung pada platform ini.

Untuk saat ini, TikTok tetap bisa digunakan seperti biasa, tetapi masa depannya di AS masih belum sepenuhnya aman. Pemerintah dan ByteDance harus segera menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak sebelum batas waktu 5 April 2025 berakhir. Akankah TikTok tetap bertahan di AS, atau justru menghadapi pemblokiran permanen? Kita tunggu perkembangan selanjutnya. 🚀

DeepSeek: Teknologi AI China yang Mengancam Dominasi Amerika Serikat

Akhir-akhir ini, DeepSeek, sebuah model kecerdasan buatan (AI) buatan China, mencuri perhatian dunia teknologi dengan kemampuannya yang bisa menandingi, bahkan lebih unggul dari, AI populer lainnya seperti ChatGPT. Meskipun memiliki format yang mirip dengan berbagai chatbot AI yang sudah ada, DeepSeek menghadirkan berbagai inovasi yang dapat menggoyahkan dominasi teknologi AI yang selama ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar asal Amerika Serikat.

DeepSeek dibangun oleh sebuah startup muda yang berbasis di Hangzhou, Zhejiang, China, dan baru didirikan pada tahun 2023. Dibalik pengembangannya adalah seorang ahli teknologi, Liang Wenfeng, yang optimis bahwa DeepSeek akan menjadi pemain penting dalam perkembangan teknologi AI global. Dalam kurun waktu yang singkat, DeepSeek telah mencatatkan kesuksesan besar, bahkan meraih posisi teratas di berbagai platform seperti Apple App Store dan Google Play Store.

Kehadiran DeepSeek tentu menjadi ancaman serius bagi perusahaan-perusahaan AI asal AS. Selain lebih cerdas dan efisien, biaya pengembangan DeepSeek jauh lebih rendah dibandingkan dengan model AI yang ada saat ini. Misalnya, pengembangan DeepSeek-R1 yang memakan biaya sekitar 6 juta dollar AS, sedangkan pengembangan GPT-4 yang digunakan di ChatGPT menghabiskan hingga 63 juta dollar AS.

DeepSeek juga memanfaatkan teknologi inovatif seperti Mixture-of-Experts (MoE) dan Chain of Thought (CoT) untuk memastikan efisiensi dan kinerja yang tinggi. MoE memungkinkan model untuk hanya mengaktifkan parameter yang dibutuhkan dalam setiap pemrosesan, sementara CoT mengarah pada penyelesaian tugas yang lebih terstruktur dan logis.

Dengan kemampuan yang dimiliki, DeepSeek tidak hanya unggul dalam hal biaya dan efisiensi, tetapi juga dalam kemampuan untuk mengalahkan AI lain dalam benchmark pengujian. Di beberapa uji coba, DeepSeek V3 bahkan mencatatkan skor lebih tinggi dibandingkan dengan model AI lainnya, seperti Claude, Llama, dan GPT-4.

Namun, bukan hanya dari sisi teknis yang membuat DeepSeek menonjol. DeepSeek mengembangkan modelnya dengan pendekatan open-source, memungkinkan pengembang di seluruh dunia untuk berkontribusi pada kemajuannya. Hal ini berbeda dengan ChatGPT yang dikembangkan secara tertutup. Keputusan untuk bersikap terbuka ini diyakini akan mempercepat pertumbuhan DeepSeek, memungkinkan inovasi yang lebih cepat.

Meskipun ada pihak yang menyambut baik kehadiran DeepSeek, seperti Presiden Donald Trump dan bos ChatGPT, Sam Altman, yang melihatnya sebagai pemicu kompetisi yang sehat, tidak sedikit juga yang merasa khawatir. Kehadiran DeepSeek mengingatkan banyak pihak bahwa dominasi AS dalam teknologi AI bisa segera berakhir jika tidak segera berinovasi lebih lanjut. Pemerintah AS dan beberapa perusahaan teknologi besar, seperti Nvidia dan Meta, kini mulai lebih waspada terhadap perkembangan DeepSeek yang mengancam pasar mereka.

Dengan semua pencapaian dan kontroversi yang menyertainya, DeepSeek tidak hanya menarik perhatian dunia AI, tetapi juga pasar saham dan kripto. Beberapa perusahaan teknologi AS bahkan mengalami penurunan tajam di pasar saham setelah kemunculan DeepSeek. Bagi banyak orang, DeepSeek adalah bukti bahwa kecerdasan buatan yang lebih efisien dan murah mungkin menjadi kenyataan di masa depan, menggantikan model-model yang selama ini kita kenal.

Perkembangan DeepSeek tentu akan menjadi sorotan dalam beberapa tahun ke depan, dengan dampak yang jauh lebih besar baik untuk industri AI maupun untuk geopolitik global.

DeepSeek, AI Canggih China yang Buat Amerika Ketar-Ketir

Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), perusahaan pembuat ChatGPT, OpenAI, kini harus menghadapi pesaing baru yang datang dari China, yaitu DeepSeek. DeepSeek, yang baru-baru ini menarik perhatian dunia dengan teknologi AI terbarunya, menawarkan dua model canggih: DeepSeek-V3 dan DeepSeek-R1. Kedua model ini diklaim memiliki kinerja yang lebih efisien dibandingkan model-model AI lainnya yang sudah ada di pasar global.

DeepSeek-V3, sebagai kompetitor langsung dari GPT-4, dirancang untuk mengatasi berbagai tantangan, mulai dari pertanyaan sehari-hari hingga tugas yang lebih kompleks seperti matematika dan logika. Sedangkan DeepSeek-R1 berfokus pada efisiensi kerja, yang dikatakan dapat bersaing dengan model OpenAI’s o1.

Dalam uji benchmark yang dilakukan, DeepSeek-V3 menunjukkan performa yang mengesankan. Misalnya, pada tes pemahaman konteks DROP 3-shot F1, DeepSeek-V3 mencetak skor 91,6, mengalahkan Llama 3.1 (88,7), Claude 3.5 (88,3), dan GPT-4 (83,7). Begitu juga pada tes matematika internasional seperti AIME 2024 dan MATH-500, DeepSeek-V3 unggul jauh dibandingkan dengan para pesaingnya. Skor yang diraih DeepSeek-V3 untuk berbagai benchmark ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model AI lainnya, termasuk yang dimiliki oleh OpenAI dan Meta.

Namun, yang membuat DeepSeek semakin menarik perhatian adalah biaya pengembangannya yang jauh lebih efisien. Model AI ini hanya menghabiskan dana sekitar 6 juta dolar AS (sekitar Rp 97 miliar) dalam proses pembangunannya, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan GPT-4 yang menelan biaya hingga 63 juta dolar AS (sekitar Rp 1 triliun). Menurut para ahli, hal ini tak lepas dari pembatasan ekspor chip canggih seperti Nvidia H100 ke China, yang memaksa perusahaan-perusahaan di negara tersebut untuk menggunakan chip dengan kinerja lebih rendah, namun tetap menghasilkan AI yang lebih efisien.

DeepSeek menggunakan metode yang disebut distillation untuk melatih model AI mereka. Metode ini memungkinkan AI untuk lebih efisien dalam mengerjakan tugas spesifik, meskipun dengan sumber daya yang terbatas. Menurut Chetan Puttagunta, peneliti dari Benchmark General Partner, pembatasan terhadap chip canggih ini justru menjadi “berkah” bagi perusahaan-perusahaan China. Dengan terbatasnya akses ke chip canggih, mereka harus berpikir kreatif untuk mengembangkan teknologi AI yang tetap hemat biaya dan memiliki performa tinggi.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Aravind Srinivas, CEO Perplexity, yang menyebutkan bahwa para perusahaan AI China mampu membuat model open-source yang efisien dan performanya tetap mumpuni meskipun dengan keterbatasan perangkat keras.

Menanggapi perkembangan ini, Satya Nadella, CEO Microsoft, juga memberikan komentar tentang potensi risiko bagi perusahaan-perusahaan AI di AS. Menurut Nadella, Amerika Serikat harus lebih waspada terhadap kecepatan dan efisiensi yang ditunjukkan oleh perusahaan AI dari China, termasuk DeepSeek.

Saat ini, DeepSeek menyediakan akses gratis ke model AI mereka melalui aplikasi Android, situs web, dan API Platform. Hal ini memungkinkan para pengembang dan pengguna di seluruh dunia untuk mengadopsi teknologi canggih ini dalam berbagai aplikasi mereka.

Dengan efisiensi biaya yang ditawarkan dan kemampuan performa yang impresif, DeepSeek berpotensi mengubah peta persaingan dunia kecerdasan buatan. Amerika Serikat, bersama perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya, kini harus menghadapi tantangan baru yang datang dari negara adidaya teknologi tersebut.

Kemendikdasmen Luncurkan Rumah Pendidikan: Solusi Digital untuk Transformasi Pendidikan Indonesia

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah resmi meluncurkan program Cetak Biru Transformasi Digital melalui Rumah Pendidikan. Ini adalah langkah strategis yang mengintegrasikan berbagai layanan pendidikan dalam satu platform digital terhubung, yang bertujuan mendukung kemajuan pendidikan Indonesia hingga tahun 2029. Rumah Pendidikan tidak hanya menawarkan akses mudah ke berbagai layanan pendidikan, tetapi juga menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dan efisien.

Menurut Abdul Mu`ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, peluncuran program ini lebih dari sekadar penerapan teknologi. Transformasi digital dalam pendidikan bertujuan menciptakan sistem yang lebih inklusif dan efisien, serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan semangat untuk bergerak cepat, program ini diharapkan dapat membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pemanfaatan teknologi yang tepat.

Rumah Pendidikan bukanlah platform yang menggantikan sistem digital sebelumnya, tetapi lebih kepada upaya untuk menyatukan berbagai layanan yang ada, sehingga lebih mudah diakses oleh para pengguna. Aplikasi ini, yang tersedia dalam versi Beta, dapat diakses melalui situs web resmi atau diunduh di Play Store untuk perangkat Android. Dengan adanya aplikasi ini, masyarakat, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga orang tua dan siswa, dapat mengakses berbagai layanan pendidikan dalam satu tempat.

Menteri Mu`ti menegaskan bahwa meskipun teknologi membawa kemudahan, penggunaannya harus bertanggung jawab. Data yang dihasilkan melalui transformasi digital ini harus digunakan secara bijak, dan ke depannya kebijakan pendidikan diambil berdasarkan data yang valid dan akurat. Ia berharap Rumah Pendidikan dapat menjadi platform yang tidak hanya mengintegrasikan layanan pendidikan, tetapi juga mendorong kebijakan berbasis data yang lebih transparan dan efisien.

Dalam laporan yang disampaikan oleh Suharti, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, program ini akan memperkenalkan solusi utama dalam mengintegrasikan layanan pendidikan pada berbagai jenjang, mulai dari anak usia dini hingga pendidikan menengah, baik formal maupun nonformal. Rumah Pendidikan akan mempermudah semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan untuk bekerja sama secara efisien dalam mencapai tujuan bersama, yaitu mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

Peluncuran program ini mendapatkan apresiasi dari Hetifah Sjaifudian, anggota Komisi X DPR RI, yang menyebutnya sebagai sebuah langkah positif bagi dunia pendidikan. Ia menekankan pentingnya penerapan kebijakan berbasis data untuk meningkatkan transparansi dan inklusivitas dalam sistem pendidikan Indonesia.

Dengan menghadapi tantangan besar seperti lebih dari 986 aplikasi yang belum terintegrasi, Rumah Pendidikan hadir sebagai solusi untuk menyederhanakan akses dan meningkatkan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan. Sistem ini juga akan memastikan pengelolaan data yang efisien dan akuntabel, yang akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan nasional.

Portal Rumah Pendidikan hadir dengan 8 ruang utama yang mencakup berbagai aspek, antara lain Ruang GTK, yang mendukung pengembangan kompetensi guru, Ruang Murid, yang menyediakan akses pembelajaran mendalam, serta Ruang Sekolah yang membantu sekolah dalam pengelolaan sumber daya. Program ini juga melibatkan orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk mendukung pendidikan yang holistik dan inklusif.

Dengan peluncuran Rumah Pendidikan ini, Kemendikdasmen berharap dapat mempercepat transformasi digital dalam pendidikan, memberikan manfaat yang signifikan, dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Tips Praktis Hapus Semua Ekstensi di Google Chrome Sekaligus

Google Chrome telah menjadi salah satu browser terpopuler di dunia berkat kecepatannya dan fitur yang mudah digunakan. Namun, seiring waktu, banyak pengguna memasang terlalu banyak ekstensi, yang akhirnya membuat kinerja browser melambat. Jika Chrome Anda mulai terasa lambat, membersihkan semua ekstensi yang terpasang dapat menjadi langkah yang tepat untuk mengembalikan performa terbaiknya. Berikut adalah panduan lengkap untuk menghapus seluruh ekstensi di Google Chrome dengan mudah.

Langkah-Langkah Menghapus Semua Ekstensi di Google Chrome

  1. Buka Aplikasi Google Chrome
    Jalankan aplikasi Google Chrome di perangkat Anda seperti biasa.
  2. Akses Menu Ekstensi
    Klik ikon tiga titik vertikal yang terletak di pojok kanan atas Chrome. Dari menu yang muncul, pilih “Settings” (Setelan). Setelah itu, cari dan buka opsi “Extensions” (Ekstensi).
  3. Tinjau Daftar Ekstensi
    Di halaman ekstensi, Anda akan menemukan semua ekstensi yang saat ini terpasang di browser Anda. Pastikan untuk memeriksa mana yang masih diperlukan atau sudah tidak digunakan.
  4. Nonaktifkan atau Hapus Ekstensi
    • Untuk menonaktifkan ekstensi, geser tombol sakelar hingga berubah warna menjadi abu-abu.
    • Jika ingin menghapus ekstensi secara permanen, klik tombol “Remove” (Hapus) yang berada di bawah nama ekstensi tersebut. Jangan lupa konfirmasi penghapusan jika diminta.
  5. Ulangi Proses untuk Semua Ekstensi
    Lakukan langkah-langkah di atas untuk setiap ekstensi hingga seluruhnya dihapus.
  6. Restart Browser Chrome
    Setelah selesai membersihkan ekstensi, tutup Chrome sepenuhnya dan buka kembali untuk memastikan perubahan sudah diterapkan.

Mengapa Membersihkan Ekstensi Penting?

Menghapus ekstensi yang tidak diperlukan dapat meningkatkan kecepatan Chrome, mengurangi penggunaan memori, serta melindungi privasi Anda. Beberapa ekstensi mungkin tidak hanya memperlambat browser tetapi juga mengandung risiko keamanan jika tidak diperbarui atau berasal dari sumber yang tidak terpercaya.

Demikian langkah-langkah praktis untuk menghapus seluruh ekstensi di Google Chrome. Dengan browser yang bersih dari ekstensi yang tidak diperlukan, Anda bisa menikmati pengalaman berselancar yang lebih cepat dan efisien.

Dapatkan info terkini seputar teknologi hanya di KompasTekno! Bergabunglah dengan kanal WhatsApp KompasTekno untuk informasi menarik setiap hari.

Lindungi Privasi Anda: Begini Cara Nomor HP Tak Bisa Dicari di GetContact

Aplikasi GetContact mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar pengguna ponsel. Aplikasi ini terkenal dengan kemampuannya untuk menunjukkan bagaimana nama Anda disimpan di kontak orang lain. Fitur pencarian ini memberikan pengguna informasi tentang siapa saja yang menyimpan nomor mereka dan dengan nama apa. Meskipun fitur ini cukup menarik, tak sedikit orang yang merasa khawatir dengan privasi mereka. Jika Anda termasuk yang merasa cemas nomor ponsel Anda bisa dengan mudah ditemukan orang lain melalui GetContact, ada cara untuk menghindarinya.

GetContact menyediakan opsi untuk menyembunyikan nomor HP Anda agar tidak bisa ditemukan oleh pengguna lain. Berikut ini panduan praktis yang dapat Anda ikuti:

Panduan Menyembunyikan Nomor Ponsel di GetContact

  1. Kunjungi Situs GetContact
    Pertama, buka situs resmi GetContact melalui tautan yang tersedia.
  2. Login menggunakan WhatsApp atau SMS
    Pilih metode login menggunakan WhatsApp atau SMS sesuai dengan preferensi Anda. Jika memilih WhatsApp, Anda akan diminta untuk memindai QR code yang tampil di halaman situs.
  3. Verifikasi Login
    Setelah melakukan pemindaian QR code, kirimkan teks yang muncul ke akun WhatsApp GetContact untuk menyelesaikan proses login.
  4. Masuk ke Halaman Utama
    Setelah login berhasil, Anda akan diarahkan ke halaman Home yang menampilkan statistik mengenai siapa saja yang mencari nomor Anda serta fitur “Tag” yang memberitahukan bagaimana nomor Anda disimpan di ponsel orang lain.
  5. Akses Pengaturan Visibility
    Scroll ke bawah dan temukan opsi “Visibility Settings”. Di sini Anda akan melihat pengaturan yang mengatur apakah nomor Anda dapat dicari oleh orang lain.
  6. Matikan Opsi Pencarian
    Geser toggle di samping “Search visibility: On” hingga berubah menjadi abu-abu (off), yang menandakan nomor Anda tidak lagi dapat dicari oleh pengguna lain.
  7. Pengaturan Telah Dikonfirmasi
    Setelah mengubah pengaturan, sebuah jendela notifikasi akan muncul. Tekan tombol “Yes” untuk mengonfirmasi perubahan tersebut.
  8. Tes Hasil Pengaturan
    Setelah berhasil menonaktifkan fitur visibilitas, Anda bisa menguji perubahan tersebut dengan mencari nomor Anda menggunakan akun lain di aplikasi GetContact. Jika Anda menerima notifikasi bahwa nomor Anda tidak dapat ditemukan, itu berarti pengaturan berhasil dilakukan.

Dengan langkah-langkah di atas, Anda dapat dengan mudah menyembunyikan nomor HP Anda dari pencarian di aplikasi GetContact. Hal ini tentu dapat memberikan rasa aman bagi Anda yang khawatir dengan privasi nomor ponsel.

Jika Anda ingin selalu mendapatkan informasi terkini mengenai teknologi dan gadget, jangan lupa untuk bergabung dengan Kanal WhatsApp KompasTekno!

Finansial dan E-Commerce Indonesia Diancam Serangan Siber, Apa Solusinya?

Serangan siber terhadap layanan web aplikasi di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) mengalami lonjakan signifikan, naik sebesar 65 persen dari kuartal pertama tahun 2023 hingga kuartal pertama 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa ancaman terhadap dunia maya semakin nyata, seiring dengan pesatnya digitalisasi di kawasan tersebut, khususnya di Asia Tenggara.

Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Akamai, sebuah perusahaan penyedia layanan keamanan siber dan Content Delivery Network (CDN), sektor keuangan menjadi target utama dengan lebih dari 18 miliar serangan yang tercatat dalam periode 1 Januari 2023 hingga 30 Juni 2024. Tak hanya itu, industri e-commerce juga turut menjadi sasaran utama para peretas, dengan total 10 miliar serangan selama periode yang sama.

Layanan Keuangan dan E-Commerce Jadi Sasaran Empuk
Menurut Reuben Koh, Director of Security Technology & Strategy Akamai untuk kawasan APJ, kedua sektor ini memiliki kesamaan besar dalam hal transaksi keuangan yang terjadi secara digital. Layanan keuangan mencakup berbagai transaksi, seperti peminjaman uang, pembayaran, dan asuransi, sementara e-commerce melibatkan perputaran uang melalui transaksi menggunakan kartu kredit atau dompet digital. “Di kedua industri ini, ada uang yang berpindah tangan setiap detik,” ujar Reuben dalam sebuah diskusi daring bersama media pada Jumat (24/1/2025).

Bagi para peretas, kata Reuben, ini merupakan peluang besar. Jika mereka berhasil mendapatkan akses ke data pembayaran, seperti nomor kartu kredit, mereka dapat memperoleh informasi pribadi yang sensitif. Hal ini menjadikan kedua sektor ini sasaran empuk bagi aktivitas kriminal di dunia maya.

Indonesia Rentan terhadap Serangan Siber
Sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga tak luput dari potensi ancaman serangan siber. Menurut laporan terbaru dari Google, Temasek, dan Bain & Company pada November 2024, ekonomi digital Indonesia diprediksi akan mencapai 90 miliar dolar AS pada tahun 2024, dengan sektor e-commerce menjadi penyumbang utama dengan nilai GMV (Gross Merchandise Value) mencapai 65 miliar dolar AS. Selain itu, sektor layanan keuangan digital juga tumbuh pesat, dengan prediksi transaksi digital mencapai 404 miliar dolar AS pada tahun yang sama.

Namun, laporan Akamai mengungkapkan bahwa sektor-sektor ini sangat rentan terhadap serangan siber. Reuben Koh menekankan pentingnya bagi para pelaku di industri e-commerce dan layanan keuangan digital untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan dasar, seperti Multi-Factor Authentication (MFA), sudah diterapkan untuk melindungi kredensial pengguna dan transaksi mereka.

Menghadapi Ancaman yang Semakin Kompleks
Reuben juga menegaskan pentingnya organisasi untuk memiliki kemampuan untuk memantau transaksi dan memastikan siapa yang bisa mengakses data, serta dari mana akses tersebut dilakukan. Selain itu, ia menyarankan perusahaan untuk mempersiapkan rencana respons insiden agar dapat merespons dengan cepat jika terjadi serangan. “Dasar-dasar keamanan siber ini harus dimiliki oleh setiap organisasi. Tanpa itu, akan sangat sulit untuk menghadapi ancaman keamanan tingkat lanjut,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman terhadap permukaan serangan yang terjadi. Seiring dengan semakin cepatnya digitalisasi, permukaan serangan pun akan meningkat. Organisasi harus terus mengevaluasi postur keamanan mereka dan menyesuaikannya dengan berkembangnya ancaman yang ada.

Galaxy S25 Jadi Ajang Samsung Tunjukkan Ponsel Layar Lipat Tiga

Samsung mencuri perhatian dalam acara Galaxy Unpacked yang digelar pada Rabu (22/1/2025) di San Jose, California. Dalam acara tersebut, perusahaan teknologi asal Korea Selatan ini secara mengejutkan mengonfirmasi tengah mengembangkan ponsel dengan layar lipat tiga. Meskipun tidak memberikan rincian mendalam tentang perangkat tersebut, penampilan sekilas dalam presentasi menjadi sorotan utama.

Selama acara, Jay Kim, Head of Customer Experience Samsung, tengah menjelaskan berbagai fitur baru dari Galaxy S25 Ultra, termasuk teknologi Galaxy Live yang menghadirkan agen AI canggih. Namun, di sela-sela presentasi tersebut, tampak dengan jelas gambar sebuah perangkat dengan layar lipat tiga, atau yang disebut oleh Jay Kim sebagai “multi-lipat”. Hal ini semakin menegaskan bahwa Samsung tengah mengeksplorasi bentuk desain baru di dunia smartphone.

“Gemini Live di Galaxy S25 series akan memperkenalkan agen AI yang bisa memahami apa yang Anda lihat dan katakan. Teknologi AI multimodal ini akan mengubah cara kita berinteraksi dengan perangkat, dari smartphone, wearable, hingga form factor baru seperti perangkat multi-lipat dan XR,” jelas Jay Kim, mengutip dari KompasTekno.

Sayangnya, Samsung tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai ponsel lipat tiga ini. Namun, dengan merujuk pada visual yang ditampilkan, tampaknya desain perangkat tersebut mirip dengan Huawei Mate X, dengan mekanisme lipatan zig-zag dan dua engsel yang membagi layar menjadi tiga bagian. Engsel di kiri dan kanan layar utama memungkinkan layar tersebut dilipat keluar (outward) atau ke dalam (inward), mirip dengan engsel yang digunakan di Galaxy Z Fold 6.

Meskipun demikian, Samsung enggan membuka informasi lebih jauh terkait desain atau modul kamera perangkat lipat tiga ini. Bahkan, tidak ada materi tambahan yang mengungkapkan bentuk atau spesifikasi perangkat tersebut selama acara Galaxy Unpacked berlangsung. Kendati demikian, rumor mengenai keberadaan ponsel lipat tiga dari Samsung sudah beredar sejak tahun lalu, dan pengumuman perangkat ini tampaknya sudah di depan mata.

Menurut laporan terbaru dari media Korea Selatan, The Elec, ponsel lipat tiga Samsung ini diperkirakan akan dirilis pada kuartal ketiga tahun 2025, sekitar Juli hingga September. Perangkat ini kemungkinan akan diumumkan bersamaan dengan Samsung Galaxy Z Fold 7 dan Galaxy Z Flip 7. Produksi massal perangkat ini diperkirakan akan dimulai pada kuartal kedua 2025, dengan target awal produksi sebanyak 200.000 unit.

Ponsel lipat tiga Samsung ini akan memiliki layar utama berukuran antara 9,9 hingga 10 inci saat dibuka penuh, hampir sebesar tablet. Sebagai perbandingan, Huawei Mate X memiliki layar 10,2 inci dengan resolusi 2.232 x 3.184 piksel dan menggunakan dua engsel untuk membagi layar menjadi tiga bagian. Dengan spesifikasi tersebut, Samsung jelas berharap dapat menghadirkan kompetitor tangguh bagi Huawei Mate X di pasar smartphone lipat.

Dengan beragam inovasi yang diperkenalkan, Samsung tampaknya siap merambah lebih jauh ke dalam kategori ponsel lipat dengan desain yang lebih revolusioner. Apakah perangkat ini akan mencetak kesuksesan? Kita tunggu saja peluncurannya yang semakin mendekat.