Category Archives: Teknologi Informasi

https://shopthebootrack.com

Deepfake Mengancam! Bagaimana AI Dapat Mencegahnya di Era Digital?

Serangan deepfake diprediksi akan terjadi setiap lima menit pada tahun 2024, menurut laporan terbaru dari Entrust Cybersecurity Institute. Keberadaan pemalsuan dokumen digital pun mengalami lonjakan yang signifikan, yakni sebesar 244% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menambah tantangan besar bagi bisnis dan individu dalam menjaga keamanan data serta memverifikasi keaslian konten digital, terutama di kawasan Asia Tenggara.

Survei yang dilakukan oleh Deloitte menunjukkan bahwa 59% masyarakat merasa kesulitan membedakan antara konten asli dan yang dihasilkan oleh teknologi AI. Sementara itu, 84% responden yang terbiasa dengan teknologi AI menilai bahwa setiap konten yang dihasilkan oleh AI seharusnya dilabeli dengan jelas. Dengan berkembangnya kecanggihan dan volume serangan deepfake, sejumlah industri digital seperti iGaming, marketplace, fintech, crypto, dan konsultasi tercatat mengalami peningkatan paparan terhadap risiko deepfake yang cukup signifikan. Misalnya, sektor iGaming mencatatkan lonjakan risiko hingga 1520%, diikuti oleh marketplace (900%) dan fintech (533%).

Melihat ancaman yang semakin berkembang, berbagai perusahaan teknologi global mulai mengambil langkah strategis untuk menghadapi fenomena deepfake ini. Adobe, Arm, Intel, Microsoft, dan Truepic, misalnya, bersama-sama mendirikan Content Provenance and Authenticity (C2PA) untuk mengembangkan standar sertifikasi konten digital. Microsoft juga memanfaatkan teknologi AI untuk mendeteksi deepfake dengan mengimplementasikan fitur otomatis yang dapat mengaburkan wajah dalam konten yang diunggah ke platform Copilot.

Selain itu, Truepic dan Qualcomm mengembangkan teknologi enkripsi media di platform Snapdragon® 8 Gen 3 Mobile Platform untuk memastikan keaslian konten sejak awal pembuatannya. McAfee, dengan AI Snapdragon X Elite NPU, juga mengembangkan sistem yang mampu mendeteksi deepfake secara lokal, meningkatkan kecepatan deteksi dan sekaligus menjaga privasi pengguna.

AI berbasis perangkat juga menjadi solusi yang sangat efektif dalam menangkal deepfake. Marco Kamiya dari UNIDO Kantor Sub-Regional di Jakarta menegaskan pentingnya teknologi ini, yang dapat mengidentifikasi anomali seperti gerakan mata, pencahayaan, dan kejelasan gambar yang sering kali tidak terdeteksi oleh manusia. Sayangnya, meski 49% perusahaan sudah terpapar serangan deepfake audio dan video, 61% eksekutif bisnis mengaku belum memiliki protokol yang jelas untuk menangani risiko ini.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, HONOR meluncurkan solusi inovatif melalui teknologi AI Deepfake Detection, yang hadir untuk melindungi pengguna dari konten sintetis. Teknologi ini bekerja dengan menganalisis beberapa elemen penting dalam gambar dan video, seperti ketidaksempurnaan pada wajah yang dihasilkan AI, artefak komposit di tepi gambar, hingga keanehan pada posisi telinga dan rambut.

“Teknologi AI Deepfake Detection dari HONOR memberikan solusi berbasis perangkat yang secara akurat mendeteksi pemalsuan wajah dan memberikan peringatan kepada pengguna dengan cepat,” kata Justin Li, Juru Bicara HONOR. Teknologi ini dirancang untuk memberikan peringatan dini kepada pengguna apabila terdapat indikasi bahwa konten yang mereka lihat telah dimanipulasi.

HONOR juga mengintegrasikan teknologi ini dengan sistem keamanan MagicGuard di dalam HONOR MagicOS, yang menawarkan perlindungan tiga lapis pada chipset, sistem operasi, dan aplikasi. MagicGuard bertujuan untuk memberikan enkripsi berbasis perangkat keras yang melindungi data pengguna, meningkatkan privasi, dan menjamin keamanan secara menyeluruh.

Dengan prediksi pasar deteksi deepfake yang akan mencapai US$ 15,7 miliar pada 2026, teknologi seperti HONOR AI Deepfake Detection menjadi komponen vital dalam menjaga keabsahan konten digital dan keamanan pengguna di era digital yang semakin canggih ini.

Menkomdigi Tegaskan Platform Digital Wajib Lindungi Anak dari Konten Negatif: “Kepatuhan Bukan Pilihan!”

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menekankan bahwa platform digital harus bertanggung jawab penuh untuk melindungi anak-anak dari paparan konten negatif di dunia maya.

“Platform digital tidak boleh lepas tangan.Mereka wajib menerapkan teknologi pembatasan usia secara ketat dan memastikan efektivitasnya. Keselamatan anak-anak adalah prioritas utama, dan kami akan memastikan regulasi ini dijalankan secara tegas,” ujar Meutya Hafid melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (22/2/2025).

Meutya menjelaskan bahwa platform digital diwajibkan untuk memperkuat sistem verifikasi usia demi menciptakan lingkungan daring yang aman bagi anak-anak. Regulasi perlindungan anak yang tengah disusun akan memuat aturan yang lebih ketat agar tidak ada celah bagi pelanggaran. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi nyata antara pemerintah dan platform digital untuk mewujudkan ruang digital yang aman dan sehat bagi generasi muda.

“Kami menegaskan bahwa platform digital harus memastikan anak-anak hanya dapat mengakses konten sesuai usia mereka. Kepatuhan terhadap regulasi ini bersifat wajib dan tidak bisa ditawar,” tegasnya.

Dalam pertemuan tersebut, VP Global Public Policy TikTok, Helena Lersch, menyatakan bahwa TikTok telah menerapkan berbagai pembatasan untuk melindungi pengguna berusia 13 hingga 15 tahun, termasuk fitur terkait pesan pribadi, komentar, siaran langsung, dan notifikasi.

Pertemuan antara Komdigi dan TikTok berlangsung di Jakarta pada Jumat (21/2/2025). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital, Alexander Sabar, bersama Staf Khusus Menteri untuk Bidang Antarlembaga dan Program Strategis, Aida Rezalina, serta Staf Khusus Menteri untuk Bidang Komunikasi dan Politik, Arnanto Nurprabowo. Sementara dari pihak TikTok, hadir perwakilan dari TikTok Global, TikTok Indonesia, dan GoTo.

Inilah Huawei MatePad Pro 13.2, Tablet Tipis yang Siap Hadir di Indonesia

Huawei memperkenalkan tablet terbarunya, MatePad Pro 13.2, secara global di Malaysia. Tablet ini hadir dengan berbagai inovasi yang menjadikannya sebagai pilihan unggulan bagi para profesional dan pecinta teknologi. Salah satu keunggulan utama dari MatePad Pro 13.2 adalah layar Flexible OLED PaperMatte Display berukuran 13,2 inci yang menawarkan pengalaman visual luar biasa.

Layar PaperMatte Display milik Huawei ini dirancang khusus untuk mengurangi pantulan cahaya, memberikan kenyamanan lebih saat digunakan dalam ruangan terang, serta menghasilkan cahaya yang lembut untuk menghindari kelelahan mata pengguna. Dengan kemampuan untuk mengurangi pantulan hingga 57%, layar tablet ini juga mampu menampilkan konten dengan ketajaman yang 30% lebih baik dibandingkan dengan tablet pada umumnya.

Tidak hanya unggul dalam layar, Huawei MatePad Pro 13.2 juga hadir dengan desain bodi yang ramping dan ringan. Tablet ini memiliki ketebalan hanya 5,5 mm dengan bobot 580 gram, membuatnya mudah dibawa kemana saja. Walaupun tipis, perangkat ini dilengkapi dengan berbagai fitur yang mendukung produktivitas, mulai dari aplikasi pengolah dokumen profesional hingga aplikasi desain gambar GoPaint yang telah diperbarui.

Desain Menawan dan Layar Lebar

Di Kuala Lumpur, Malaysia, perangkat ini dipajang di area pengalaman yang menampilkan MatePad Pro 13.2 dengan aksesori tambahan berupa keyboard magnetik. Dengan ukuran layar besar 13,2 inci, tablet ini tidak hanya cocok untuk bekerja, tetapi juga bisa digunakan sebagai pengganti laptop. Desain bezel tipis semakin memperkuat kesan luas pada tampilan layar, membuatnya tampak lebih elegan dan modern. Di bagian atas layar, terdapat notch kecil yang menampung berbagai sensor dan kamera depan, tanpa mengganggu tampilan konten yang sedang diputar.

Selama pengujian, kami merasakan kemudahan saat menavigasi menu dengan layar mulus yang responsif. Pengguna dapat mengoperasikan tablet menggunakan sentuhan jari atau memanfaatkan stylus Huawei M-Pencil generasi ke-3 yang dilengkapi dengan komponen magnetik untuk menyimpannya dengan rapi di bagian kanan atas layar.

Pengalaman Menggambar dengan GoPaint

Huawei MatePad Pro 13.2 memang dirancang untuk mendukung kreativitas. Salah satu fitur menarik yang kami coba adalah GoPaint, aplikasi gambar yang kini telah dilengkapi dengan True-colour Brush. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menggambar dengan detil warna dan tekstur, memberikan pengalaman seperti menggambar di kertas dengan pensil biasa. Selama percakapan dengan Kelsen Tan, Senior Product Expert Huawei, kami diberi tahu bahwa aplikasi ini sudah mendukung kanvas resolusi 8K dan ratusan layer untuk menggambar, memungkinkan penciptaan karya seni yang rumit dan penuh detail.

Kamera 50 MP untuk Hasil Foto Lebih Jernih

Tidak hanya layar dan performa yang impresif, Huawei MatePad Pro 13.2 juga dibekali dengan sistem kamera yang mengesankan. Kamera utamanya menggunakan sensor 50 MP, ditemani dengan kamera sekunder 8 MP, sebuah peningkatan signifikan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kamera depan yang memiliki resolusi 16 MP pun siap memenuhi kebutuhan video call dengan kualitas gambar jernih. Tablet ini juga dilengkapi dengan empat unit speaker untuk pengalaman suara yang lebih kaya dan imersif.

Persiapan Peluncuran di Indonesia

Setelah diperkenalkan di Malaysia, Huawei MatePad Pro 13.2 dipastikan akan segera hadir di Indonesia. Berdasarkan informasi yang kami peroleh, pemesanan tablet ini sudah bisa dilakukan melalui situs resmi Huawei Indonesia mulai 26 Februari 2025 dengan biaya deposit Rp 300.000. Meski harga resminya belum diumumkan, antusiasme konsumen Indonesia terhadap produk ini sudah terlihat, dengan banyak yang mendaftarkan minat mereka di situs resmi Huawei.

Dengan berbagai fitur canggih dan desain yang elegan, Huawei MatePad Pro 13.2 akan menjadi pilihan menarik bagi mereka yang membutuhkan perangkat yang menggabungkan kekuatan laptop dan fleksibilitas tablet. Apakah Anda tertarik untuk memiliki tablet premium ini? Jangan lewatkan kesempatan untuk memesan perangkat ini segera setelah tersedia!

iPhone 16e Segera Hadir di Indonesia, Namun Jadwal Rilis Masih Misteri!

Pada Rabu, 19 Februari 2025, Apple secara resmi memperkenalkan iPhone 16e, model terbaru dalam jajaran iPhone 16 Series. Kehadirannya semakin menarik perhatian setelah Apple mengonfirmasi bahwa iPhone 16e akan segera hadir di pasar Indonesia. Ponsel ini akan tersedia dalam dua pilihan warna, putih dan hitam, serta berbagai pilihan kapasitas penyimpanan, yakni 128 GB, 256 GB, dan 512 GB. Namun, meski sudah ada pengumuman resmi, perangkat ini belum memiliki izin edar di Indonesia, yang artinya belum dapat dipastikan kapan iPhone 16e akan benar-benar hadir.

Status Sertifikasi yang Belum Terselesaikan

Hingga saat ini, iPhone 16e belum mendapatkan sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang merupakan persyaratan dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk produk asing yang beredar di Indonesia. Selain itu, iPhone 16e juga belum memperoleh izin dari Pos dan Telekomunikasi (Postel) yang merupakan bagian dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Ini berarti bahwa perangkat ini belum memiliki lampu hijau resmi untuk dipasarkan di Indonesia. Sertifikasi dan izin edar ini menjadi langkah penting bagi Apple sebelum produk dapat dipasarkan di tanah air.

Sebagai pembanding, produk Apple yang telah memiliki izin edar di Indonesia antara lain adalah iPad Pro generasi keempat dan iPhone 15, yang sudah tercatat dalam situs resmi TKDN dan Postel. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengumuman peluncuran sudah ada, perjalanan iPhone 16e menuju pasar Indonesia masih membutuhkan waktu.

Desain dan Performa iPhone 16e

Meskipun belum resmi diluncurkan di Indonesia, spesifikasi iPhone 16e sudah mencuri perhatian. Dengan desain yang mirip dengan iPhone 14, iPhone 16e dilengkapi dengan notch besar di bagian atas layar yang menampung kamera TrueDepth 12 MP dan sensor-sensor canggih lainnya, termasuk Face ID. Ponsel ini mengusung layar Super Retina XDR OLED berukuran 6,1 inci dengan resolusi Full HD Plus dan tingkat kecerahan yang mencapai 1.200 nit, memberikan tampilan yang sangat jernih dan cerah.

Dalam hal performa, iPhone 16e ditenagai oleh chipset Apple A18 yang juga digunakan oleh seri iPhone 16 lainnya. Hal ini memberikan kemampuan kinerja yang sangat cepat dan efisien. Menariknya, iPhone 16e juga menjadi yang pertama menggunakan chip modem 5G C1 buatan Apple sendiri. Chip ini diklaim sebagai modem 5G paling hemat daya yang pernah ada, sehingga memberikan pengalaman konektivitas 5G yang optimal namun tetap efisien dalam konsumsi daya.

Selain itu, iPhone 16e juga menghadirkan Action Button yang sebelumnya diperkenalkan pada iPhone 15 Pro. Tombol ini menggantikan tombol mode senyap dan dapat diprogram untuk menjalankan berbagai fungsi, seperti Shazam, Voice Memo, Focus, dan Translate. Inovasi lainnya yang hadir di iPhone 16e adalah kamera utama dengan sensor 48 MP Fusion yang mendukung pengambilan gambar dengan resolusi tinggi dan kemampuan telefoto hingga 2x. Fitur-fitur seperti HDR, mode Portrait, dan mode Night juga tersedia untuk menghasilkan foto dengan kualitas luar biasa, bahkan di kondisi cahaya rendah.

Fitur Perekaman Video yang Mengesankan

Di sektor perekaman video, iPhone 16e mampu merekam video dalam resolusi 4K dengan dukungan Dolby Vision hingga 60 fps. Fitur tambahan seperti Spatial Audio dan Audio Mix membuat perekaman dan pengeditan audio menjadi lebih dinamis, memberikan pengalaman menonton dan mendengarkan yang imersif.

Harga dan Ketersediaan

Global, iPhone 16e dijual dengan harga yang bervariasi berdasarkan kapasitas penyimpanan, yakni 599 dolar AS untuk varian 128 GB (sekitar Rp 9,8 juta), 699 dolar AS untuk 256 GB (sekitar Rp 11,4 juta), dan 899 dolar AS untuk 512 GB (sekitar Rp 14,7 juta). Namun, untuk pasar Indonesia, belum ada informasi resmi mengenai harga dan kapan produk ini akan benar-benar tersedia. Apple diharapkan segera mendapatkan sertifikasi yang diperlukan agar iPhone 16e bisa meluncur ke pasar Indonesia dalam waktu dekat.

iPhone 16e menghadirkan berbagai inovasi terbaru dan fitur canggih, menjadikannya pilihan menarik bagi pengguna yang menginginkan ponsel dengan performa tinggi dan teknologi terkini. Namun, penggemar Apple di Indonesia masih harus bersabar menunggu kehadiran resmi produk ini.

Mendorong Budaya Sains di Indonesia: Kemdiktisaintek Ungkap Program Unggulan 2025

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) kembali menggelar acara Coffee Morning with Media untuk memperkenalkan program prioritas tahun 2025. Acara ini dihadiri lebih dari 40 jurnalis dari berbagai media nasional, dengan Sekretaris Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi, M. Samsuri, serta Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma, sebagai pembicara utama.

Dalam sambutannya, M. Samsuri menegaskan bahwa Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi hadir sebagai unit baru di Kemdiktisaintek yang bertujuan mendukung kebijakan dan program berbasis solusi ilmiah (scientific solution). Ia menjelaskan bahwa dukungan tersebut akan diwujudkan melalui tiga direktorat utama: Direktorat Bina Talenta Sains dan Teknologi, Direktorat Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif, serta Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi. Ketiga direktorat ini berperan penting dalam menciptakan program-program yang berdampak nyata bagi masyarakat.

Program prioritas tahun ini difokuskan pada upaya memperkuat ekosistem sains dan teknologi nasional agar Indonesia dapat menjadi pusat ilmu pengetahuan yang diakui secara global. Indonesia memiliki potensi besar dari segi keanekaragaman hayati, sumber daya mineral, dan budaya. Namun, sains dan teknologi masih sering dianggap eksklusif dan hanya dapat diakses oleh kalangan akademisi.

Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma, menekankan pentingnya mendekatkan sains dan teknologi kepada masyarakat umum agar tercipta budaya berbasis pengetahuan (citizen-based science). Menurutnya, pemahaman sains dapat membantu masyarakat menghindari berbagai masalah sosial, seperti hoaks, judi online, dan pinjaman daring ilegal.

“Kami ingin membangun masyarakat yang menjadikan sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, setiap sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil akan didasarkan pada ilmu pengetahuan. Melalui program diseminasi dan pemanfaatan sains, kami berharap sains tidak hanya membudaya tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” jelas Yudi.

Untuk menyebarluaskan sains, Direktorat ini akan menggandeng berbagai asosiasi guna melakukan diplomasi sains. Strateginya bukan sekadar memamerkan produk inovatif, tetapi juga menggabungkan sains dengan seni melalui program bertajuk Rapsodi Saintek dan Seni agar lebih mudah dipahami berbagai kalangan.

Di sisi pemanfaatan, fokus utama adalah pengembangan living lab, yaitu ekosistem hidup berbasis sains dan teknologi yang melibatkan kolaborasi langsung dengan masyarakat. Yudi menjelaskan bahwa penelitian selama ini terlalu terpusat di laboratorium tertutup yang sulit diakses. Dengan living lab, riset akan dilakukan di tengah masyarakat, memanfaatkan potensi lokal untuk membangun rantai ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas.

Selain program baru tahun 2025, Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi juga mengelola pendanaan riset melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Program ini merupakan kelanjutan dari Program Ekosistem Kemitraan yang sebelumnya dijalankan oleh Konsorsium Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) di 27 provinsi pada 2023–2024.

Program lanjutan ini diberi nama Program Berdikari, yang berfokus pada riset berbasis potensi daerah untuk meningkatkan ekonomi komunitas. Skema pertama, EMAS (Ekonomi, Mandiri, Sejahtera), bertujuan menghasilkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan ekonomi komunitas melalui potensi lokal dengan pendanaan riset berkisar antara Rp100 juta hingga Rp500 juta. Sementara itu, skema kedua, BERLIAN (Berdaya Saing, Efektif, Berkelanjutan), memfokuskan riset terapan untuk memperkuat rantai pasok dan daya saing industri dalam negeri dengan pendanaan maksimal Rp700 juta per riset.

Total pendanaan Program Berdikari tahun ini mencapai Rp40 miliar, yang telah disalurkan kepada 100 tim periset pada Desember 2024. Pendanaan ini bersifat lintas tahun dan akan berlangsung hingga Desember 2026.

Sebagai contoh, Konsorsium PTPPV Jawa Timur melalui Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) mengembangkan lima riset untuk meningkatkan produktivitas peternakan sapi di Kecamatan Pudak, Ponorogo, Jawa Timur. Beberapa riset unggulannya meliputi otomatisasi kandang berbasis sistem informasi terpadu melalui D-COWs-Reog, pemanfaatan IoT untuk otomatisasi produksi susu UHT melalui SMART-UHT, serta penggunaan kendaraan listrik untuk transportasi hasil susu dan limbah peternakan melalui CREATE e-ATV. Selain itu, proyek POROS-PJU menghadirkan solusi penerangan jalan hemat energi berbasis IoT, dan WAROK-GREEN mengoptimalkan pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk produksi biogas.

“Sebagian besar riset yang didanai berkaitan dengan sektor agro, baik di bidang agrokreatif maupun agroteknologi. Kami berharap media sebagai mitra strategis dapat turut menyebarluaskan pemanfaatan sains dan teknologi kepada masyarakat. Dengan demikian, ekosistem saintek nasional semakin berkembang dan melahirkan masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan,” pungkas Yudi.

Perkuat Keamanan Siber, Menkomdigi Meutya Hafid Dorong SDM Andal dan Tata Kelola Data yang Kuat

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menekankan pentingnya tata kelola yang baik serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam menghadapi ancaman siber yang semakin berkembang dan kompleks.

“Kita membutuhkan komitmen manajemen, pembentukan tim khusus Perlindungan Data Pribadi (PDP), serta peningkatan keterampilan SDM agar lebih siap menghadapi ancaman siber yang terus meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi kementerian, Rabu (19/2).

Meutya juga menyoroti peran penting Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi dalam memperkuat sistem keamanan siber. Dengan strategi konkret dan tata kelola yang tepat, Indonesia dapat memastikan perlindungan data yang lebih efektif dan terpercaya. Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Indonesia Data and Economic (IDE) Katadata 2025 yang berlangsung di Jakarta Selatan, Selasa (18/2).

Menurutnya, membangun budaya sadar perlindungan data dan menerapkan konsep Data Protection by Design and by Default menjadi langkah kunci untuk menghadirkan ruang digital yang lebih aman.

Ancaman siber yang semakin canggih juga menuntut ketersediaan talenta digital yang mumpuni. Ia menyoroti perkembangan keahlian dalam meretas sistem yang kini semakin luas, bukan hanya dimiliki oleh segelintir orang seperti dulu.

“Orang Indonesia dikenal kreatif dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Potensi ini harus diarahkan untuk membangun ekosistem digital yang lebih aman,” tambahnya.

Untuk mewujudkan ekosistem digital yang kuat, Kementerian Komunikasi dan Digital telah bermitra dengan perusahaan teknologi global seperti Google dan Microsoft dalam menyiapkan tenaga ahli di bidang keamanan siber.

“Kami telah berdiskusi dengan Google mengenai pengembangan talenta digital, khususnya di bidang keamanan siber. Dengan menggandeng Microsoft dan mitra lainnya, kami telah mencetak puluhan ribu talenta lokal yang kini berperan di berbagai sektor, termasuk dalam memperkuat keamanan siber,” ujar Meutya.

Ia menegaskan bahwa memperkuat perlindungan data dan keamanan siber bukan sekadar kebutuhan teknis, tetapi strategi penting untuk meningkatkan kepercayaan publik serta daya saing Indonesia di tingkat global.

“Menjaga keamanan data bukan hanya persoalan teknis, tetapi bagian dari strategi bertahan hidup di era digital,” tegasnya.

Meutya mengutip laporan Harvard Business Review tahun 2021 yang menyebut bahwa data adalah aset strategis. Jika gagal melindunginya, Indonesia bukan hanya kehilangan data, tetapi juga masa depan bisnis dan daya saing di kancah internasional.

Kehebatan iPhone: Memimpin Kelas Flagship dan Tinggalkan Samsung, Huawei

Apple kembali menunjukkan dominasinya di segmen ponsel flagship pada tahun 2024 dengan menguasai 67 persen pangsa pasar. Perusahaan teknologi asal Cupertino ini unggul jauh dari pesaing utamanya, seperti Samsung dan Huawei, yang juga masuk dalam tiga besar produsen ponsel premium terlaris.

Berdasarkan laporan terbaru dari Counterpoint Research melalui Global Handset Model Sales Tracker, pasar ponsel flagship—yang mencakup perangkat dengan harga di atas US$600 (sekitar Rp9,7 juta)—mengalami lonjakan signifikan. Jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya mencatat pangsa pasar 15 persen, kini segmen ini tumbuh hingga 25 persen dari total penjualan smartphone global.

Tren Premiumisasi Semakin Kuat

Kenaikan tren ponsel flagship didorong oleh meningkatnya minat konsumen terhadap perangkat kelas atas. Segmen premium mengalami pertumbuhan tahunan (YoY) sebesar 8 persen pada 2024, melampaui rata-rata pertumbuhan pasar smartphone yang hanya 5 persen.

Apple tetap menjadi pemimpin di kategori ini dengan menguasai 67 persen pangsa pasar, meskipun angka tersebut mengalami sedikit penurunan dari 72 persen tahun sebelumnya akibat meningkatnya persaingan dari Samsung, Huawei, dan Xiaomi. Seluruh seri iPhone—kecuali varian iPhone SE—masuk dalam kategori premium, menjadikannya sebagai salah satu faktor utama dominasi Apple di segmen ini.

Dalam daftar lima besar produsen ponsel flagship, Samsung menempati posisi kedua dengan pangsa 18 persen, diikuti Huawei (7 persen), Xiaomi, dan Google.

Ponsel Ultra-Premium Kian Digemari

Salah satu fenomena menarik di segmen flagship adalah meningkatnya penjualan ponsel ultra-premium dengan harga di atas US$1.000 atau sekitar Rp16 jutaan ke atas. Untuk pertama kalinya, kategori ini menyumbang lebih dari 40 persen dari total penjualan ponsel flagship.

“Segmen premium terus berkembang karena konsumen semakin mengutamakan fitur kelas atas seperti prosesor canggih, kamera terbaik, layar berkualitas tinggi, serta teknologi berbasis AI (GenAI) yang memberikan pengalaman pengguna lebih optimal. Selain itu, dukungan perangkat lunak jangka panjang dan desain hardware yang lebih tahan lama juga menjadi alasan utama mengapa konsumen rela membayar lebih mahal,” ujar Senior Research Analyst Counterpoint, Karn Chauhan, Senin (17/2).

Ia juga menambahkan bahwa pengguna ponsel flagship umumnya tetap bertahan dalam kategori harga ini, sementara semakin banyak pengguna baru yang beralih ke segmen premium, memperkuat tren pertumbuhan di masa mendatang.

Amerika dan China Jadi Pasar Terbesar

Secara regional, Amerika Serikat (AS) menjadi pasar terbesar untuk ponsel flagship, menyumbang 25 persen dari total penjualan. Dominasi ini didorong oleh popularitas iPhone serta Samsung Galaxy seri S dan Z.

Di posisi kedua, China mencatat kontribusi 24 persen, dengan merek-merek lokal seperti Huawei, Xiaomi, Vivo, dan HONOR mencatatkan pertumbuhan dua digit di segmen premium.

“China dengan cepat mengejar ketertinggalannya dengan AS, mencapai 24 persen pangsa global berkat meningkatnya daya saing merek lokal di segmen premium,” kata Research Analyst Counterpoint, Harshit Rastogi.

Di luar dua pasar utama tersebut, India dan Amerika Latin juga mencatat pertumbuhan pesat. Sejak 2020, segmen premium di India mengalami peningkatan lebih dari 5 kali lipat, sementara di Amerika Latin meningkat 2,5 kali lipat, didorong oleh meningkatnya preferensi konsumen terhadap merek-merek ternama. Kemudahan akses pembiayaan dan program tukar tambah juga turut berkontribusi pada tren ini.

Apple dan Samsung Jadi Pemain Kunci

Laporan Counterpoint menyebutkan bahwa Apple dan Samsung menjadi dua merek yang paling diuntungkan dari tren premiumisasi. Saat ini, banyak produsen lebih fokus pada peningkatan pendapatan per unit dibandingkan dengan volume penjualan, sehingga mereka merampingkan portofolio produk mereka.

Sebagai dampaknya, jumlah smartphone flagship yang aktif di pasar meningkat, mencapai hampir 300 model (SKU) pada 2024, sementara jumlah total model smartphone secara keseluruhan justru mengalami penurunan.

Dengan tren ini, masa depan industri ponsel premium diprediksi akan semakin kompetitif, dengan inovasi teknologi dan pengalaman pengguna menjadi faktor utama yang menentukan pemenangnya.

Apple Intelligence Akan Hadir di iPhone China pada Mei 2025, Kerja Sama dengan Alibaba dan Baidu

Apple dikabarkan akan meluncurkan fitur kecerdasan buatan (AI) terbaru mereka, Apple Intelligence, untuk perangkat iPhone di China pada Mei 2025. Laporan ini dikonfirmasi oleh jurnalis Bloomberg, Mark Gurman, yang menyebutkan bahwa Apple sedang membentuk tim khusus di China dan Amerika Serikat untuk mewujudkan rencana ini. Selain itu, perusahaan teknologi tersebut juga tengah menjalin kemitraan dengan perusahaan lokal untuk menghadirkan AI generatif mereka ke pasar China.

Joe Tsai, Chairman Alibaba Group, mengungkapkan bahwa Apple akan bekerja sama dengan Alibaba untuk memperkenalkan fitur Apple Intelligence di perangkat iPhone yang dijual di China. Untuk meluncurkan fitur ini, Apple juga harus mendapatkan izin dari pemerintah China, sesuai dengan ketentuan yang mewajibkan penyedia layanan AI generatif untuk memperoleh persetujuan sebelum dirilis.

Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Apple akan memanfaatkan teknologi Alibaba untuk menyempurnakan model AI mereka, termasuk untuk menyaring konten yang tidak sesuai dengan regulasi China. Jika diperlukan, Apple akan melakukan pembaruan terhadap model AI untuk mematuhi peraturan yang berlaku, termasuk menonaktifkan fitur yang sudah tidak relevan atau yang melanggar peraturan negara tersebut.

Selain bekerja sama dengan Alibaba, Apple juga dilaporkan akan menjalin kemitraan dengan Baidu untuk mengembangkan fitur AI tambahan, seperti Visual Intelligence, yang memungkinkan pengguna untuk mencari informasi dengan memindai objek menggunakan ponsel mereka.

Proyek ini menjadi sangat penting bagi Apple, mengingat China merupakan pasar terbesar kedua bagi perusahaan tersebut. Meski demikian, penjualan iPhone di negara tersebut menurun, dengan laporan menunjukkan penurunan sebesar 11,1% pada kuartal terakhir 2024. Hal ini membuat Apple berada di posisi ketiga dalam pasar ponsel pintar China, di bawah Huawei dan Xiaomi.

Masa Depan Sudah Tiba! Teknologi Meta Ini Bisa Membaca Pikiran

Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, kembali membuat gebrakan di dunia teknologi dengan memperkenalkan inovasi terbaru mereka: sebuah sistem AI yang mampu menerjemahkan pikiran menjadi teks tertulis di layar. Teknologi ini memungkinkan pengguna mengetik hanya dengan berpikir, tanpa perlu perangkat tambahan seperti implan atau alat yang dikenakan di kepala.

Meski terdengar futuristik, teknologi ini masih dalam tahap awal pengembangan. Saat ini, perangkatnya berukuran sebesar lemari es, berbobot setengah ton, dan memiliki harga fantastis mencapai 2 juta dolar AS atau sekitar Rp 32 miliar.

Cara Kerja Brain2Qwerty, AI Pembaca Pikiran Meta

Teknologi ini dikembangkan oleh tim AI dan neurosains Meta dengan sistem berbasis kecerdasan buatan yang disebut Brain2Qwerty. Sistem ini menggunakan teknik magnetoencephalography (MEG), yang bekerja dengan menangkap sinyal magnetik dari neuron di otak.

Dalam uji coba, peserta penelitian duduk di dalam pemindai MEG—sebuah perangkat besar yang menyerupai pengering rambut raksasa. Mesin ini membaca sinyal otak saat peserta mengetik, kemudian AI menganalisis pola aktivitas otak dan menghubungkannya dengan huruf yang diketik.

Menurut penelitian yang dilakukan Meta, teknologi ini mampu mencapai akurasi hingga 80% dalam mengenali huruf berdasarkan pola gelombang otak. Dengan kemampuan tersebut, sistem ini dapat menyusun kalimat hanya dari pikiran pengguna, tanpa interaksi fisik sama sekali.

Namun, ada beberapa keterbatasan yang masih perlu diperbaiki, seperti:

  • Kebutuhan ruangan khusus untuk melindungi sistem dari gangguan medan magnet bumi.
  • Sensitivitas tinggi terhadap pergerakan kepala, yang dapat mempengaruhi akurasi.

Meta menegaskan bahwa teknologi ini belum siap untuk dikomersialisasikan dalam waktu dekat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih dalam bagaimana otak manusia mengubah pemikiran menjadi tindakan motorik yang kompleks.

Saingan Neuralink?

Sebelum Meta, perusahaan Neuralink milik Elon Musk juga telah mengembangkan teknologi serupa. Namun, pendekatan Neuralink berbeda karena menggunakan implan chip langsung di otak, memungkinkan penggunanya mengontrol perangkat digital hanya dengan berpikir.

Implan Neuralink memiliki 1.024 elektroda yang terhubung ke 64 benang ultra-tipis, yang lebih kecil dari saraf manusia. Chip ini pertama kali diuji coba pada seorang pasien bernama Noland Arbaugh pada Januari 2024.

Menurut Neuralink, Arbaugh—yang mengalami kelumpuhan—kini bisa:
Bermain gim video
Menjelajahi internet
Menggunakan media sosial
Menggerakkan kursor laptop hanya dengan pikirannya

Pada Agustus 2024, Neuralink menanamkan chip kedua ke pasien lain, sebagai bagian dari uji klinis yang telah mendapat izin dari FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat sejak Mei 2023.

Masa Depan Teknologi Pembaca Pikiran

Baik Meta maupun Neuralink menunjukkan bahwa teknologi pembaca pikiran bukan lagi sekadar fiksi ilmiah. Jika dikembangkan lebih lanjut, inovasi ini berpotensi membantu pasien dengan gangguan saraf atau cedera otak, membuka peluang bagi mereka untuk berkomunikasi dan mengontrol perangkat digital dengan lebih mudah.

Namun, tantangan besar masih menanti, mulai dari efisiensi teknologi, ukuran perangkat, hingga etika dan privasi data otak pengguna. Apakah di masa depan kita akan bisa mengetik atau bermain gim hanya dengan berpikir? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya! 🚀

Aplikasi TikTok Kembali di App Store dan Play Store Wilayah AS

Aplikasi TikTok kini kembali tersedia di toko aplikasi Apple App Store dan Google Play Store untuk pengguna di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, aplikasi ini sempat dihapus dari kedua platform sejak 18 Januari 2025, sehari sebelum kebijakan pemblokiran resmi mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

Menurut laporan Bloomberg, kembalinya TikTok ke toko aplikasi dipicu oleh adanya jaminan hukum dari Jaksa Agung AS, Pam Bondi. Dalam surat resmi yang tidak dipublikasikan, Pam memastikan bahwa Apple dan Google tidak akan menghadapi konsekuensi hukum jika kembali menyediakan TikTok di platform mereka.

TikTok dan Ancaman Pemblokiran di AS

Isu pemblokiran TikTok di AS bermula dari Undang-Undang (UU) yang disahkan pada April 2024. Regulasi ini mewajibkan ByteDance, perusahaan induk TikTok asal China, untuk melepas kepemilikan bisnis TikTok di AS kepada entitas lokal dalam batas waktu tertentu. Jika tidak, aplikasi ini akan diblokir secara permanen di negara tersebut.

UU ini telah mendapat persetujuan dari berbagai lembaga tinggi AS, termasuk Presiden AS saat itu, Joe Biden, dan Mahkamah Agung AS (Supreme Court).

Ketika TikTok sempat dihapus dari App Store dan Play Store, pengguna yang sudah mengunduh aplikasi sebelumnya masih bisa menggunakannya secara normal. Namun, bagi mereka yang belum menginstalnya, satu-satunya cara untuk tetap mengakses TikTok adalah dengan menggunakan metode alternatif, seperti mengunduh dari pihak ketiga atau melalui VPN.

TikTok Masih Beroperasi Berkat Penangguhan Pemerintah

Meski sempat menghadapi ancaman pemblokiran, saat ini TikTok masih beroperasi normal di AS. Hal ini berkat kebijakan terbaru dari Presiden AS saat ini, Donald Trump, yang memberikan perpanjangan waktu selama 75 hari bagi TikTok.

Pada hari pertamanya menjabat, 20 Januari 2025, Trump menandatangani Instruksi Presiden (Executive Order) yang menangguhkan pemblokiran TikTok hingga 5 April 2025. Dalam periode ini, pemerintah AS akan melakukan negosiasi dengan ByteDance dan mencari calon pembeli potensial untuk mengambil alih operasional TikTok di AS.

TikTok: Platform Vital bagi 170 Juta Pengguna di AS

Keputusan pemerintah AS untuk menunda pemblokiran TikTok bukan tanpa alasan. Media sosial berbasis video pendek ini memiliki sekitar 170 juta pengguna di AS, yang menjadikannya salah satu platform paling populer di negara tersebut.

Jika benar-benar diblokir, jutaan pengguna TikTok di AS akan kehilangan berbagai aspek kehidupan digital mereka, mulai dari hiburan, interaksi sosial, hingga bisnis dan pemasaran digital yang bergantung pada platform ini.

Untuk saat ini, TikTok tetap bisa digunakan seperti biasa, tetapi masa depannya di AS masih belum sepenuhnya aman. Pemerintah dan ByteDance harus segera menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak sebelum batas waktu 5 April 2025 berakhir. Akankah TikTok tetap bertahan di AS, atau justru menghadapi pemblokiran permanen? Kita tunggu perkembangan selanjutnya. 🚀