Tag Archives: Perlindungan Data

https://shopthebootrack.com

ChatGPT Kini Dilengkapi Fitur Memory with Search untuk Pengalaman Lebih Personal

OpenAI baru saja memperkenalkan fitur terbaru pada ChatGPT yang bernama Memory with Search. Fitur ini memungkinkan chatbot untuk menggabungkan informasi yang telah diingat dari percakapan sebelumnya dengan hasil pencarian di internet, sehingga dapat memberikan respons yang lebih relevan dan personal kepada penggunanya. Hal ini menjadi salah satu upaya OpenAI untuk terus bersaing dengan pesaing mereka, seperti Claude dari Anthropic dan Gemini dari Google, yang juga menawarkan kemampuan serupa berbasis ingatan pengguna. Dengan adanya fitur ini, ChatGPT semakin mampu menyesuaikan diri dengan preferensi dan kebutuhan individu, menjadikannya lebih bermanfaat dalam berbagai konteks.

Saat fitur Memory with Search aktif, ChatGPT akan menyesuaikan pencarian web dengan informasi yang telah disimpan dari percakapan sebelumnya. Misalnya, jika ChatGPT mengingat bahwa pengguna adalah seorang vegan yang tinggal di San Francisco, maka pertanyaan mengenai restoran di dekat lokasi pengguna akan secara otomatis diubah menjadi pencarian yang lebih spesifik, seperti “restoran vegan di San Francisco”. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan hasil pencarian yang lebih tepat tanpa harus memberikan informasi ulang setiap kali mereka melakukan percakapan. Pengguna tetap dapat mengontrol pengaturan ini dan memilih untuk menonaktifkan fitur ini jika tidak diinginkan.

Memori digital pada ChatGPT memungkinkan chatbot untuk mengingat riwayat percakapan dengan pengguna, membuatnya lebih pintar dan dapat memberikan jawaban yang lebih sesuai dengan kebutuhan spesifik pengguna. Fitur ini tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan relevansi interaksi. Walaupun demikian, OpenAI menegaskan bahwa pengguna memiliki kendali penuh atas informasi yang ingin disimpan dan ChatGPT tidak akan menyimpan informasi sensitif seperti riwayat kesehatan tanpa izin. Dengan adanya pengaturan yang transparan, pengguna dapat merasa lebih aman dalam menggunakan fitur ini.

World Perkuat Keamanan Digital di Indonesia dengan Proof of Humanity

Transformasi digital di Indonesia berkembang pesat, dengan jutaan orang semakin terhubung melalui layanan perbankan, e-commerce, dan media sosial. Namun, di balik kemudahan ini, muncul tantangan baru seperti maraknya penipuan online, deepfake, serta bot yang menyebarkan informasi palsu. Kondisi ini membuat kepercayaan terhadap interaksi digital semakin sulit dipertahankan. Menyadari hal tersebut, World hadir di Jakarta untuk menawarkan solusi melalui layanan proof of humanity (PoH) yang mereka kembangkan guna memastikan interaksi digital yang lebih aman dan terpercaya.

Didirikan oleh Sam Altman dan Alex Blania, World bertujuan membantu pengguna membedakan interaksi asli dari aktivitas yang digerakkan oleh kecerdasan buatan. Selain itu, platform ini juga bertujuan meningkatkan akses ke ekonomi digital global serta menjaga privasi individu. Chief Information Security Officer Tools for Humanity, Adrian Ludwig, menekankan bahwa meningkatnya ancaman digital membuat sistem keamanan yang efektif dan mudah digunakan semakin dibutuhkan.

General Manager World untuk Indonesia, Wafa Taftazani, menyatakan bahwa teknologi ini menghilangkan hambatan yang tidak perlu dan menciptakan pengalaman digital yang lebih aman tanpa kerumitan tambahan. Ia menambahkan bahwa World merupakan wujud komitmen mereka dalam memberdayakan masyarakat Indonesia dengan menghadirkan solusi keamanan digital yang lebih inklusif. Dengan menghilangkan keharusan CAPTCHA yang sering dianggap mengganggu, World membuka jalan menuju pengalaman digital yang lebih lancar dan efisien bagi seluruh pengguna di Indonesia.

Perkuat Keamanan Siber, Menkomdigi Meutya Hafid Dorong SDM Andal dan Tata Kelola Data yang Kuat

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menekankan pentingnya tata kelola yang baik serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam menghadapi ancaman siber yang semakin berkembang dan kompleks.

“Kita membutuhkan komitmen manajemen, pembentukan tim khusus Perlindungan Data Pribadi (PDP), serta peningkatan keterampilan SDM agar lebih siap menghadapi ancaman siber yang terus meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi kementerian, Rabu (19/2).

Meutya juga menyoroti peran penting Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi dalam memperkuat sistem keamanan siber. Dengan strategi konkret dan tata kelola yang tepat, Indonesia dapat memastikan perlindungan data yang lebih efektif dan terpercaya. Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Indonesia Data and Economic (IDE) Katadata 2025 yang berlangsung di Jakarta Selatan, Selasa (18/2).

Menurutnya, membangun budaya sadar perlindungan data dan menerapkan konsep Data Protection by Design and by Default menjadi langkah kunci untuk menghadirkan ruang digital yang lebih aman.

Ancaman siber yang semakin canggih juga menuntut ketersediaan talenta digital yang mumpuni. Ia menyoroti perkembangan keahlian dalam meretas sistem yang kini semakin luas, bukan hanya dimiliki oleh segelintir orang seperti dulu.

“Orang Indonesia dikenal kreatif dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Potensi ini harus diarahkan untuk membangun ekosistem digital yang lebih aman,” tambahnya.

Untuk mewujudkan ekosistem digital yang kuat, Kementerian Komunikasi dan Digital telah bermitra dengan perusahaan teknologi global seperti Google dan Microsoft dalam menyiapkan tenaga ahli di bidang keamanan siber.

“Kami telah berdiskusi dengan Google mengenai pengembangan talenta digital, khususnya di bidang keamanan siber. Dengan menggandeng Microsoft dan mitra lainnya, kami telah mencetak puluhan ribu talenta lokal yang kini berperan di berbagai sektor, termasuk dalam memperkuat keamanan siber,” ujar Meutya.

Ia menegaskan bahwa memperkuat perlindungan data dan keamanan siber bukan sekadar kebutuhan teknis, tetapi strategi penting untuk meningkatkan kepercayaan publik serta daya saing Indonesia di tingkat global.

“Menjaga keamanan data bukan hanya persoalan teknis, tetapi bagian dari strategi bertahan hidup di era digital,” tegasnya.

Meutya mengutip laporan Harvard Business Review tahun 2021 yang menyebut bahwa data adalah aset strategis. Jika gagal melindunginya, Indonesia bukan hanya kehilangan data, tetapi juga masa depan bisnis dan daya saing di kancah internasional.