Tag Archives: Kecerdasan Buatan

https://shopthebootrack.com

Terobosan Legislasi: UEA Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Susun Undang-undang

Uni Emirat Arab (UEA) mencetak sejarah sebagai negara pertama di dunia yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam proses pembuatan undang-undang, baik di tingkat federal maupun lokal. Teknologi ini tak hanya akan membantu merancang undang-undang baru, tetapi juga akan memodifikasi aturan yang telah berlaku sebelumnya. Langkah ambisius ini menjadi bagian dari inisiatif besar yang dipimpin oleh kantor baru bernama Regulatory Intelligence Office, yang telah mendapat persetujuan dari kabinet pemerintahan UEA.

Kantor tersebut bertugas untuk merancang, mengelola, dan mengoordinasikan penerapan sistem regulasi berbasis AI bersama pejabat pemerintah di berbagai tingkatan. Dalam penerapannya, seluruh aspek legislasi mulai dari peraturan, keputusan pengadilan, hingga layanan publik, akan dihasilkan oleh komputer yang cerdas. Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, penguasa Dubai sekaligus Perdana Menteri dan Wakil Presiden UEA, menegaskan bahwa sistem legislasi berbasis AI ini akan mempercepat proses hukum sekaligus meningkatkan ketepatan regulasi.

Teknologi AI ini juga memungkinkan pemantauan langsung terhadap dampak undang-undang terhadap masyarakat dan ekonomi melalui basis data hukum terintegrasi. Keputusan ini mengikuti penunjukan Sultan al-Olama sebagai Menteri AI pertama di dunia dan peluncuran Strategi AI nasional UEA. Pemerintah memperkirakan bahwa hingga tahun 2030, AI akan mendorong pertumbuhan ekonomi, memangkas biaya birokrasi hingga setengahnya, serta meningkatkan PDB negara hingga 35%.

Intel Lakukan Restrukturisasi, Fokus pada Inovasi AI untuk Masa Depan

Perusahaan teknologi Intel mengonfirmasi rencana besar dalam hal restrukturisasi, yang melibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah yang belum dipastikan, dimulai pada kuartal kedua tahun ini. Langkah ini bertujuan untuk memangkas birokrasi yang berlebihan serta merampingkan struktur manajemen menengah di perusahaan. CEO Intel, Lip-Bu Tan, menjelaskan bahwa mereka ingin meningkatkan efisiensi dengan meminimalkan jumlah karyawan yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan memberikan lebih banyak kewenangan kepada talenta terbaik perusahaan.

Sekitar 20 persen dari total 108.900 karyawan Intel diperkirakan akan terpengaruh oleh langkah ini. Sebelumnya, Intel sudah beberapa kali melakukan pemangkasan tenaga kerja sebagai bagian dari upaya penghematan biaya, termasuk PHK besar-besaran pada Agustus lalu yang menargetkan lebih dari 15.000 pekerjaan. Penurunan penjualan yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan Intel dalam mengadopsi tren kecerdasan buatan (AI), yang kini menjadi fokus utama perusahaan.

Tan menegaskan bahwa Intel akan fokus pada pengembangan produk-produk yang mendukung kebutuhan komputasi berbasis AI dan model penalaran (reasoning). Di samping itu, Tan juga ingin mengubah Intel menjadi perusahaan yang lebih terpusat pada rekayasa teknik dengan mengurangi proses birokrasi yang menghambat produktivitas. Dengan target menghemat 1,5 miliar dolar AS dalam dua tahun ke depan, biaya tersebut akan dialokasikan untuk investasi pada tenaga ahli dan pengembangan teknologi.

Sebagai bagian dari upaya efisiensi, Tan juga meminta manajer untuk mengurangi rapat yang tidak perlu dan membatasi jumlah peserta. Mulai September mendatang, Intel juga akan memperluas kebijakan kembali ke kantor, mengharuskan karyawan bekerja empat hari dalam seminggu. Tan berharap langkah-langkah ini akan membantu Intel mengembalikan kejayaan perusahaan seperti di masa lalu.

Mengoptimalkan Peran Guru dengan Teknologi AI dalam Dunia Pendidikan

Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin dianggap penting dalam mendorong produktivitas guru di tengah perubahan dinamis dunia pendidikan. Hal ini menjadi fokus utama dalam acara “HaiGuru Impact: AI Learning Revolution” yang diselenggarakan di Swiss-Belhotel Balikpapan pada Sabtu, 26 April.

Caroline Suryaatmadja, Ketua Panitia HaiGuru Impact, menjelaskan bahwa hadirnya AI membuka peluang besar bagi para guru untuk bekerja lebih efisien. Mulai dari pembuatan materi ajar, analisis kebutuhan belajar siswa, hingga pengelolaan administrasi kelas, semua dapat dibantu oleh AI. “AI bukan untuk menggantikan guru, melainkan sebagai alat bantu agar guru lebih fokus pada aspek kreatif dan personal dalam mengajar,” ungkap Caroline.

Acara yang dihadiri oleh sekitar 300 guru dan pimpinan sekolah ini mengajarkan berbagai cara praktis memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan integrasi yang tepat, guru dapat menghemat waktu dalam menyiapkan bahan ajar, mengembangkan metode evaluasi yang lebih adaptif, dan memperkaya pengalaman belajar siswa.

Contohnya, AI bisa digunakan untuk membuat soal latihan otomatis sesuai dengan tingkat kesulitan yang diinginkan, menganalisis perkembangan belajar siswa secara langsung, hingga memberikan umpan balik personal lebih cepat. Selain itu, AI juga membantu guru dalam merancang materi ajar yang interaktif dan multimedia, sehingga pembelajaran lebih menarik bagi siswa.

Joseph Simbar, Co-Founder dan CEO Mimin AI Tech Platform, menekankan bahwa penting bagi guru untuk memahami dasar penggunaan teknologi agar tetap relevan. “Penggunaan AI dapat mengurangi beban administratif dan memberi kesempatan bagi guru untuk berinovasi,” ujarnya.

Namun, Irfan Taufik, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan, mengingatkan bahwa penggunaan AI dalam pendidikan perlu dibarengi dengan pemahaman etika digital dan privasi data. Esther Iriana, Direktur Sekolah IPEKA Nasional, menambahkan bahwa pengembangan keterampilan teknologi menjadi prioritas dalam pendidikan agar guru mampu menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan adaptif.

Apple Watch dan watchOS 12: Kecerdasan Buatan yang Masih Penuh Misteri

Apple sedang mempersiapkan peluncuran watchOS 12, yang kali ini membawa label “Powered by Apple Intelligence.” Meski terdengar seperti langkah besar dalam dunia kecerdasan buatan, banyak yang meragukan dampaknya pada Apple Watch. Perangkat ini tidak memiliki komputasi tinggi seperti iPhone atau iPad, sehingga fitur-fitur AI yang diusung kemungkinan besar bergantung pada cloud, seperti yang diungkapkan oleh analis terkenal, Mark Gurman.

Meskipun demikian, Apple tetap percaya diri dengan label “Apple Intelligence” untuk software ini, sebagai bagian dari rencana besar mereka di ajang WWDC 2025. Tahun ini, Apple memang ingin memperkenalkan kecerdasan buatan di seluruh platformnya—dari iOS, iPadOS, macOS, hingga watchOS. Meskipun Apple Watch bukan perangkat utama dalam hal AI, namun tetap mendapatkan sentuhan teknologi ini.

Selain itu, watchOS 12 juga akan memperkenalkan tampilan visual yang lebih segar. Meski tidak ada perubahan besar, pengguna akan melihat animasi yang lebih halus, widget yang diperbarui, serta desain antarmuka yang lebih seragam dengan iPhone dan Mac. Namun, banyak yang masih skeptis dengan janji Apple, mengingat kegagalan sebelumnya dengan fitur “Intelligent Siri.” Kepercayaan publik terhadap inovasi Apple pun sedikit terguncang, sehingga perlu adanya demo nyata di panggung WWDC untuk membuktikan apakah fitur ini benar-benar siap digunakan.

Apakah fitur-fitur baru ini cukup menarik untuk membuat orang tertarik pada generasi berikutnya dari Apple Watch? Hanya waktu yang bisa menjawab setelah Apple memamerkan semua fitur barunya di panggung WWDC.

Gemini Bersuara, Google Workspace Kini Lebih Pintar dan Personal

Google resmi menghadirkan pembaruan besar pada rangkaian aplikasi produktivitasnya melalui integrasi Gemini, chatbot berbasis kecerdasan buatan generatif, ke dalam layanan Google Workspace seperti Docs, Sheets, Chat, Meet, hingga Vids. Salah satu fitur unggulannya adalah kemampuan AI untuk mengubah dokumen teks menjadi audio, mirip podcast, baik secara keseluruhan maupun hanya bagian pentingnya. Fitur audio ini terinspirasi dari NotebookLM dan akan diuji coba oleh pengguna alfa dalam beberapa minggu ke depan. Menjelang akhir Juni, AI akan mampu menyempurnakan struktur tulisan, memperjelas gagasan, hingga menyarankan argumen yang lebih kuat di Docs, serta akan hadir di Sheets dengan kemampuan analisis tren tersembunyi dan pembuatan grafik otomatis. Di Meet, pengguna bisa memanfaatkan Gemini untuk merangkum bagian rapat yang terlewat, menjelaskan keputusan, hingga menyusun poin sebelum berbicara secara virtual, dan dijadwalkan tersedia secara umum sebelum akhir Juni. Sementara itu, fitur “@gemini” di Chat akan memungkinkan pengguna memperoleh ringkasan percakapan mencakup pertanyaan terbuka, keputusan penting, hingga langkah selanjutnya melalui program Labs. Untuk pengguna Vids, AI akan membantu membuat klip berkualitas tinggi melalui model Veo 2. Google juga memperkenalkan Workspace Flows, sistem otomasi kerja antar aplikasi yang didukung oleh Gems, agen AI yang dapat menjalankan riset dan pembuatan konten. Sebagai tambahan, kini pengguna bisa memilih lokasi pemrosesan data AI sesuai dengan preferensi regional, memperkuat komitmen Google terhadap perlindungan data pribadi global seperti GDPR.

Meta Luncurkan Llama 4 Scout dan Maverick, AI Cerdas yang Efisien dan Nggak Rakus Daya

Meta baru saja memperkenalkan dua model kecerdasan buatan terbarunya dari lini Llama 4, yakni Llama 4 Scout dan Llama 4 Maverick. Kedua model ini dirancang untuk memberikan performa maksimal dengan konsumsi daya komputasi yang lebih efisien. Llama 4 Scout hadir sebagai model ringan yang hanya memerlukan satu GPU Nvidia H100 untuk bekerja, namun sudah mendukung jendela konteks hingga 10 juta token. Ini berarti model bisa memproses data dalam jumlah besar dalam satu kali jalankan tanpa membebani sistem secara berlebihan.

Meski ukurannya tergolong kecil dibandingkan model AI lainnya, Scout berhasil menunjukkan performa impresif. Dalam sejumlah pengujian, model ini mampu melampaui performa model dari pesaing seperti Google Gemma 3 dan Mistral 3.1, menjadikannya pilihan ideal untuk penggunaan AI yang mengutamakan efisiensi tanpa mengorbankan kekuatan pemrosesan. Di sisi lain, bagi kebutuhan komputasi yang lebih berat, Llama 4 Maverick hadir sebagai solusi tangguh. Model ini setara dengan GPT-4o dan DeepSeek-V3 dalam hal kemampuan pengkodean dan penalaran tingkat lanjut.

Yang membuat Maverick menarik adalah efisiensinya dalam mengaktifkan parameter—hasil tinggi bisa dicapai dengan jumlah parameter aktif yang lebih sedikit. Semua model Llama 4 memakai arsitektur mixture of experts (MoE), memungkinkan aktivasi selektif bagian model sesuai kebutuhan, demi efisiensi komputasi. Meskipun disebut open-source, lisensi penggunaannya tetap terbatas, terutama untuk perusahaan besar. Model ini kini sudah terintegrasi di layanan Meta seperti WhatsApp, Messenger, dan Instagram. Nantikan informasi lebih lanjut di acara LlamaCon tanggal 29 April mendatang.

“Menyongsong Masa Depan: Teknologi 6G Siap Ubah Dunia Digital”

Perkembangan teknologi komunikasi terus melaju dengan cepat, dan kini dunia tengah bersiap menyambut kehadiran jaringan generasi keenam, atau 6G. Diperkirakan mulai distandardisasi pada tahun 2025, 6G menjanjikan revolusi konektivitas dengan kecepatan data yang diklaim mencapai 100 kali lebih tinggi dibandingkan 5G, serta latensi yang hampir tidak terasa. Peningkatan performa ini membuka peluang besar untuk menghadirkan pengalaman digital yang jauh lebih mendalam dan efisien dalam segala aspek kehidupan.

Teknologi 6G diproyeksikan menjadi pondasi berbagai inovasi masa depan. Dalam kota pintar, misalnya, jaringan ini memungkinkan pemantauan dan pengelolaan infrastruktur secara real-time, dari sistem transportasi, distribusi energi, hingga pengawasan keamanan yang lebih responsif. Kendaraan otonom juga akan sangat diuntungkan dengan kemampuan komunikasi instan antara mobil dan infrastruktur jalan, menjamin efisiensi serta keselamatan berkendara di tengah lalu lintas yang kompleks. Selain itu, layanan berbasis kecerdasan buatan seperti asisten pribadi digital, augmented reality, hingga interaksi manusia dan mesin akan berjalan lebih lancar dan alami berkat konektivitas super cepat yang ditawarkan oleh teknologi ini.

Namun, keberhasilan implementasi 6G tak lepas dari pentingnya kesepakatan internasional mengenai standar global. Agar perangkat dan sistem dari berbagai belahan dunia dapat terhubung tanpa kendala, kolaborasi lintas negara, perusahaan teknologi, dan lembaga internasional menjadi hal yang mutlak. Lebih dari sekadar soal kecepatan, era 6G membawa visi besar untuk menghadirkan dunia yang lebih terhubung, adaptif, dan cerdas di masa depan.

Samsung Siapkan Tiga Headset XR untuk Bersaing dengan Apple Vision Pro

Samsung dikabarkan tengah mengembangkan tiga perangkat mixed-reality (XR) untuk menyaingi Apple Vision Pro. Perusahaan teknologi asal Korea Selatan ini semakin serius menggarap teknologi XR dengan mengerjakan tiga proyek sekaligus. Salah satu proyek tersebut, yang dikenal sebagai Project Moohan, telah dikonfirmasi akan menjadi Galaxy XR, sebuah headset VR/AR all-in-one dengan spesifikasi premium. Sementara itu, dua proyek lainnya, yaitu Project Haean dan Project Jinju, masih berada dalam tahap awal pengembangan.

Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh GSMArena dan menarik perhatian publik, terutama bagi para penggemar teknologi. Kehadiran Galaxy XR diharapkan menjadi terobosan baru dalam industri headset XR, menghadirkan pengalaman yang lebih imersif dan bersaing dengan produk dari Apple. Selain kabar dari Samsung, dunia teknologi juga dihebohkan dengan fitur terbaru dari WhatsApp. Kini, pengguna di Indonesia sudah bisa menambahkan musik ke dalam status mereka, menjadikan pengalaman berbagi status semakin menarik, terutama saat momen Lebaran. Fitur ini tersedia melalui tab Update dan memungkinkan pengguna membagikan foto, video, tautan, dan musik yang akan otomatis terhapus dalam 24 jam.

Sementara itu, Google juga menghadirkan inovasi baru dengan memperbarui kecerdasan buatan mereka, Gemini AI. Pembaruan ini memungkinkan AI untuk memahami serta menjelaskan tampilan di layar atau melalui kamera smartphone secara real-time. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan dalam Google I/O 2024 sebagai Project Astra dan kini mulai tersedia untuk pengguna di berbagai perangkat, termasuk ponsel Xiaomi.

Ciptakan Karakter AI Sendiri dengan Meta AI, Interaksi Sesuai Keinginan

Kini, siapa pun bisa menciptakan karakter kecerdasan buatan (AI) mereka sendiri menggunakan Meta AI, teknologi yang dikembangkan oleh Meta. Pengguna dapat membuat AI yang berperan sesuai dengan instruksi yang diberikan, seperti menjadi komedian virtual, peramal zodiak, atau bahkan penasihat kuliner.

Menurut Strategic Partner Manager, Global Partnership Meta Indonesia, Tiara Sugiyono, karakter AI ini memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI sesuai minat mereka. Karakter AI dapat memberikan hiburan, edukasi, dan pengalaman menarik, serta dapat diakses melalui Instagram, WhatsApp, dan Messenger. Contohnya, kreator konten Aldo Gustiono menciptakan Om Gustiono, AI yang bertukar lelucon ala bapak-bapak. Sementara itu, kreator kuliner Andre Sarwono mengembangkan FitBite, AI yang membagikan resep sehat dan tips olahraga.

Untuk menciptakan karakter AI, pengguna bisa mengunjungi ai.meta.com/ai-studio atau membuka fitur “Obrolan AI” di Instagram. Mereka dapat menentukan nama, kepribadian, nada bicara, avatar, hingga slogan karakter yang diinginkan. Pengguna juga memiliki kendali penuh dalam membagikan karakter AI mereka, baik secara pribadi maupun ke publik melalui DM di Instagram, Messenger, atau WhatsApp.

Agar karakter AI lebih realistis, deskripsi yang diberikan harus sedetail mungkin, mencakup kepribadian dan fungsinya. Semakin lengkap informasinya, semakin optimal AI dalam berinteraksi. Dengan teknologi ini, Meta membuka peluang bagi siapa saja untuk menciptakan AI yang sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas mereka.

Apple Siapkan Apple Watch dengan Kamera, Era Jam Tangan AI Semakin Dekat

Apple dikabarkan tengah mengembangkan Apple Watch dengan teknologi baru yang menghadirkan kamera internal guna mendukung fitur kecerdasan buatan (AI). Menurut laporan dari jurnalis senior Mark Gurman dalam buletin Power On, langkah ini diambil agar perangkat wearable Apple semakin terintegrasi dengan ekosistem AI yang mereka kembangkan. Inovasi ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman pengguna yang lebih canggih, memungkinkan Apple Watch menjadi lebih dari sekadar perangkat pelacak kebugaran dan komunikasi.

Gurman menyebutkan bahwa Apple berencana menambahkan kamera pada dua varian Apple Watch, yaitu seri standar dan seri Ultra. Jika sesuai jadwal, perangkat ini diperkirakan akan meluncur pada 2027. Sementara itu, penempatan kamera dapat bervariasi antara kedua model, dengan kemungkinan seri standar memiliki kamera di layar, sedangkan seri Ultra menempatkan kameranya di bagian samping perangkat.

Dengan adanya kamera ini, Apple Watch akan mampu mendukung fitur AI canggih seperti Visual Intelligence, yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi langsung dari objek yang mereka arahkan menggunakan kamera. Teknologi ini berpotensi membuka berbagai kemungkinan baru, seperti pengenalan objek secara real-time, penerjemahan otomatis, serta asisten pintar yang lebih responsif terhadap lingkungan sekitar pengguna. Langkah ini juga menunjukkan komitmen Apple dalam mengembangkan teknologi AI berbasis perangkat wearable yang lebih interaktif dan intuitif.

Selain Apple Watch, Apple juga dilaporkan sedang mengembangkan AirPods dengan kamera internal untuk mendukung fitur serupa. Produk ini diperkirakan akan diperkenalkan bersamaan dengan Apple Watch berteknologi kamera. Dengan inovasi ini, Apple tampaknya ingin membawa perangkat wearable ke level baru, menghadirkan pengalaman yang lebih cerdas dan futuristik bagi penggunanya. Tidak menutup kemungkinan bahwa pengembangan ini juga akan berdampak pada produk Apple lainnya, menciptakan ekosistem AI yang lebih terintegrasi dan revolusioner.